Rabu, 09 Maret 2011

LAPORAN PENGOLAHAN LIMBAH PERTANIAN

oleh : RIA HARMAYANI, Dkk.
PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN-UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2009

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Jerami dianggap tidak memiliki nilai ekonomi, bahkan cenderung dianggap sebagai limbah. Di Korea, budaya membakar jerami sudah ditinggalkan sejak tahun 90-an. Sedangkan di Jepang jerami dipotong-potong dan dikeringkan untuk kemudian dibenamkan kedalam tanah saat membajak. Langkah ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan kesuburan tanah.
Jerami padi merupakan salah satu hasil ikutan pertanian terbesar di Indonesia yang jumlahnya kurang lebih 20 juta ton per tahun, produksinya bervariasi sekitar 12 - 15 ton per hektar atau 4 - 5 ton bahan kering per hektar satu kali panen, tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan.
Perbandingan antara bobot gabah yang dipanen dengan jerami umumnya 2:3. Bila produksi gabah secara nasional dalam satu tahun 50 juta ton saja, berarti akan menghasilkan jerami sebesar 75 juta ton. Dari satu hektar sawah diperkirakan menghasilkan 5-8 ton jerami, bergantung pada varietas yang ditanam dan tingkat kesuburan tanaman. Sehingga pada luasan 100 ha pertanaman padi yang panennya bersamaan, berarti dapat dihasilkan 500-800 ton jerami. Dengan demikian akan terjadi penimbunan jerami pada petakan sawah seluas 5-7% dari total luas petakan.
Jerami padi pada umumnya tidak digunakan oleh pemiliknya. Kalaupun digunakan oleh orang lain, tidak ada perhitungan ekonomi antara pemilik dengan pengguna jerami tersebut. Secara konvensional sebagian petani memanfaatkan jerami sebagai alas lantai kandang ternak, pakan, bahan bakar, atap rumah, alas tidur, pelindung persemaian, dan pupuk organik.
Badan Litbang Pertanian telah melakukan serangkaian penelitian untuk mengetahui sejauh mana potensi pemanfaatan jerami padi. Sebagai sumber hara tanaman, jerami ternyata mengandung N, P, K, S, Si, Ca, dan Mg. Disamping itu jerami juga sebagai sumber bahan organik dan pembenah tanah, bahan kompos, konservasi lahan, media jamur merang, bahan bakar dan biogas, pelengkap pemeliharaan ikan/udang, bahan baku industri, bahan penyerap logam berat dalam air dan pakan ternak. Salah kelola jerami padi seperti membakar, menyebarkan jerami mentah pada lahan sawah, pemberian pakan ternak langsung, dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat pembakaran jerami, juga kurang menyehatkan ternak.
Sebagian besar jerami padi tidak dimanfaatkan, karena selalu dibakar setelah proses pemanenan. Sedangkan di sektor peternakan membutuhkan makanan ternak (pakan) yang harus tersedia sepanjang waktu dan sepanjang musim untuk menjaga agar produktifitas ternak tidak menurun.
Oleh karena itu, jerami padi sangat penting untuk dimanfaatkan menjadi makanan ternak ruminansia khususnya sapi potong, kambing dan domba agar dapat meningkatkan produktivitasnya, sehingga produksi daging akan meningkat yang akhirnya tujuan swasembada daging dapat tercapai.

Tujuan dan kegunaan Praktikum

Tujuan
1. Untuk mengenal dan memahami bagaiman cara pemanfaatan jerami yang jumlahnya melimpah untuk dijadikan sebagai pakan ternak yang berkualitas tinggi.
Manfaat
2. Agar dapat mengurangi dan mencegah pembakaran jerami yang telah menjadi kebiasaan masyarakat, dengan memanfaatkannya menjadi pakan ternak yang berkualitas tinggi dan bermanfaat bagi ternak sehingga lingkungan tidak tercemar limbah jerami dan masyarakat dapat mengambil manfaatnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Jerami padi merupakan salah satu hasil ikutan pertanian terbesar di Indonesia yang jumlahnya kurang lebih 20 juta ton per tahun, produksinya bervariasi sekitar 12 - 15 ton per hektar atau 4 - 5 ton bahan kering per hektar satu kali panen, tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan. Sebagian besar jerami padi tidak dimanfaatkan, karena selalu dibakar setelah proses pemanenan. Sedangkan di sektor peternakan membutuhkan makanan ternak (pakan) yang harus tersedia sepanjang waktu dan sepanjang musim untuk menjaga agar produktifitas ternak tidak menurun. Oleh karena itu, jerami padi sangat penting untuk dimanfaatkan menjadi makanan ternak ruminansia khususnya sapi potong, kambing dan domba agar dapat meningkatkan produktivitasnya, sehingga produksi daging akan meningkat yang akhirnya swasembada daging dapat tercapai.
Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak sapi potong, kambing, dan domba, agar dapat berdaya guna dan berhasil guna diperlukan suatu teknologi yang sederhana dan mudah dalam mengerjakannya, tetapi tetap berkualitas. Teknologi tersebut antara lain melalui amoniasi. Amoniasi merupakan teknik perlakuan kimiawi dengan penambahan unsur N dari urea yang ditambahkan pada jerami, sehingga terjadi poses perombakan struktur jerami yang keras menjadi struktur jerami yang lunak, untuk meningkatkan daya cerna (digestibility) dan meningkatkan jumlah jerami yang dimakan (feed intake) oleh sapi.
Jerami merupakan bagian dari batang tanaman padi tanpa akar yang dibuang setelah diambil butir buahnya. Jika jerami padi langsung diberikan kepada ternak sapi, daya cernanya rendah dan proses pencernaannya lambat, sehingga total yang dimakan per satuan waktunya menjadi sedikit. Di samping itu jerami mempunyai nilai gizi jerami yang rendah karena kandungan proteinnya rendah. Melalui teknik amoniasi dapat mengubah jerami menjadi pakan ternak yang potensial dan berkualitas karena melalui amoniasi dapat meningkatkan daya cerna dan meningkatkan kandungan proteinnya.
(http://www.sinartani.com/mimbarpenyuluh/amoniasi-jerami-padi-sebagai-pakan-ternak-1228791078.html)

MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

Materi Praktikum
Alat :
1.Plastik untuk fermentasi
2.Ember
3.Tali rapia
4.Timbangan

Bahan :
1.Jerami padi
2.Urea
3.Air secukupnya

Metode Praktikum
Adapun metode yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.Menyiapakan alat dan bahan
2.Menimbang jerami padi sebanyak 850 gr BK (kadar air diperkirakan 15%) atau sebanyak 1 Kg jerami dalam bahan segar,
3.Menimbang urea sesuai dengan persentase amoniak masing-masing 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6% dari BK jerami padi,
4.Mencampur urea dengan air secukupnya,
5.Memasukkan jerami padi ke dalam plastik dan mencampurnya dengan urea yang telah dicampur air secukupnya,
6.Memfermentasi jerami padi dalam keadaan anaerob selama ± 1 bulan,
7.Mencatat kadar air, jumlah jerami padi dan jumlah urea serta kandungan amoniak yang digunakan,
8.Memperhatikan dan mencatat perubahan yang terjadi setiap minggunya.
9.Setelah 1 bulan, hasil amoniasi dikeluarkan dari plastik,
10.Mengangin-anginkan jerami hasil amoniasi selama ± 3 hari untuk menghilangkan aroma amoniak yang menyengat, dan
11.Memperhatikan dan mencatat perbedaan hasil jerami fermentasi dengan persentase amoniak masing-masing 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6% dari BK jerami padi.

TEMPAT DAN TANGGAL PRAKTIKUM

Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Hijauan dan Padang Penggembalaan, Lantai 2 Gedung D Fakultas Peternakan, Universitas Mataram.

Tanggal Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at, tanggal 16 oktober 2009.


HASIL PRAKTIKUM

Hasil Praktikum
Tabel uji organoleptik jerami padi amoniasi dengan persentase urea 1%, 2%, 3%, 4%, 5% dan 6%, saat dibuka dari plastik fermentasi :
No. Persentase Urea Aroma (Bau) Tekstur Warna Jerami
1.


2.


3.





4.





5.


6. 1%


2%


3%





4%





5%


6% Amoniak tidak terlalu berbau.

Amoniak agak sedikit berbau.

Amoniak berbau namun tidak terlalu menyengat.


Amoniak berbau menyengat.



Bau amoniaknya menyengat.
Bau amoniaknya sangat menyengat. Jerami masih kasar dan keras.

Jerami masih kasar dan keras.

Jerami sudah agak lembek dan tidak terlalu keras.



Jerami sedikit lembek.




Jerami sudah lembek dan mudah sobek.
Jerami sudah lembek dan mudah sobek. Jerami masih berwarna kuning.

Jerami masih terlihat kuning kecoklatan.

Jerami masih berwarna kuning namun warna kuningnya tampak pudar.

Jerami masih berwarna kuning namun warna kuningnya tampak pudar.

Jerami masih kuning kecoklatan dan sedikit keabu-abuan.
Jerami berwarna coklat keabu-abuan.

Pembahasan
Amoniasi merupakan teknik perlakuan kimiawi dengan penambahan unsur N dari urea yang ditambahkan pada jerami, sehingga terjadi poses perombakan struktur jerami yang keras menjadi struktur jerami yang lunak, untuk meningkatkan daya cerna (digestibility) dan meningkatkan jumlah jerami yang dimakan (feed intake) oleh ternak ruminansia.
Jerami merupakan bagian dari batang tanaman padi, jagung, dan palawija lainnya, tanpa akar yang dibuang setelah diambil butir atau buahnya. Jika jerami padi langsung diberikan kepada ternak sapi, daya cernanya rendah dan proses pencernaannya lambat, sehingga total yang dimakan per satuan waktunya menjadi sedikit. Di samping itu jerami mempunyai nilai gizi jerami yang rendah karena kandungan proteinnya rendah. Melalui teknik amoniasi dapat mengubah jerami menjadi pakan ternak yang potensial dan berkualitas karena melalui amoniasi dapat meningkatkan daya cerna dan meningkatkan kandungan proteinnya.
Prinsip dalam teknik amoniasi ini adalah penggunaan urea sebagai sumber amoniak yang dicampurkan ke dalam jerami. Amoniasi dapat dilakukan dengan cara basah dan cara kering. Cara basah yaitu dengan melarutkan urea ke dalam air kemudian baru dicampurkan dengan jerami. Sedangkan cara kering ureanya langsung ditaburkan pada jerami secara berlapis. Pencampuran urea dengan jerami harus dilakukan dalam kondisi hampa udara (an-aerob) dan dibiarkan/disimpan selama satu bulan.
Dalam praktikum ini digunakan cara basah, dimana dalam proses amoniasi urea berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin, selulosa, dan silica yang terdapat pada jerami, karena lignin, selulosa, dan silica yang merupakan faktor penyebab rendahnya daya cerna jerami. Lignin merupakan zat kompleks yang tidak dapat dicerna oleh ternak, terdapat pada bagian fibrosa dari akar, batang, dan daun tanaman dalam jumlah yang banyak. Selulosa adalah suatu polisakarida yang mempunyai formula umum seperti pati yang sebagian besar terdapat pada dinding sel dan bagian-bagian berkayu dari tanaman. Demikian juga silica tidak dapat dicerna oleh ternak.
Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa persentase amoniak yang efisien digunakan dan hasilnya baik adalah amoniasi jerami dengan persentase amoniak 3-5% per 1 kg BK jerami padi, sedangkan untuk amoniasi jerami dengan persentase amoniak 6% per 1 kg BK jerami padi menghasilkan amoniasi jerami yang kualitasnya sangat baik tetapi tidak efisien.
Untuk lebih jelasnya, hasil praktikum dapat dilihat pada gambar-gambar berikut ini :


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.Penambahan persentase amoniak yang berbeda dalam amoniasi jerami padi memberikan hasil yang berbeda pula, khususnya dari bau amoniak, warna jerami, dan tekstur jerami hasil amoniasi.
2.Persentase amoniak yang efisien digunakan dan hasilnya baik adalah amoniasi jerami dengan persentase amoniak 3-5% dari bahan kering kering jerami.
3.Amoniasi jerami dengan persentase amoniak 6% per 1 kg BK jerami padi menghasilkan amoniasi jerami yang kualitasnya sangat baik tetapi tidak efisien.
4.Prinsip dalam teknik amoniasi adalah penggunaan urea sebagai sumber amoniak yang dicampurkan ke dalam jerami.
5.Fungsi urea dalam amoniasi adalah untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin, selulosa, dan silica yang terdapat pada jerami, seingga dapat meningkatkan daya cerna pada jerami.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.sinartani.com/mimbarpenyuluh/amoniasi-jerami-padi-sebagai-pakan-ternak-1228791078.html

Diwyanto, K. dan B. Haryanto. 2002. Pakan alternatif untuk pengembangan peternakan rakyat. Rakor Pengembangan Model Kawasan Agribisnis Jagung TA 2002. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Jakarta 29 April 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar