Rabu, 09 Maret 2011

LAPORAN BIOLOGI LAKTASI

OLEH : NI KETUT SWASTINI
BIA. 007. 019
PROGRAM STUDI ILMU PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN-UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2010
DIPOSTING OLEH : RIA HARAMAYANI

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemeliharaan sapi perah beberapa tahun terahir ini menunjukan perkembangan yang sangat pessat. Perkembangan ini terus didorong oleh pemerintah agar swasembada susu tercapai secepatnya. Untuk memenuhi kebutuhan susu secara nasional, perkembangan ternak perah hususnya sapi perah, perlu mendapatkan pembinaan yang lebih mantap dan terencana dari tahun-tahun sebelumnya, karena kebutuhan susu secara nasional sebagian besar dipenuhi dari sapi perah dan orang-orang yang terkait dengan pemeliharaan sapi perah mau meningkatkan diri dengan pengetahuan tentang pemeliharaan sapi perah yang dapat mudah dipahami ditingkatkan jenis dan jumlahnya.
Ternak perah yang berkembang hanyalah sapi perah. Sedangkan ternak perah lainnya seperti kerbau perah dan kambing perah sangat lambat perkembangnya. Hal ini disebabkan oleh perhatian peternak pada ternak tersebut sangat kurang dan hasil susunya juga jauh lebih rendah. Sapi perah yang dipelihara diindonesia dewasa ini pada umumnya adalah Frisian-Holstein. Sapi perah ini pada mulanya berkembang dipropinsi Frieslan, negeri belanda. Diantar jenis sapi perah yang ada, Frisian Holstei mempunyai kemempuan memproduksi susu tertinggi. Kemampuan memproduksi susu sapi perah Frisian Holstein dapat mencapai lebih dari 6.000 kg per laktasi dengan kadar lemak susu rata-rata 3,6 %. Oleh karena itulah, pada masa lalu banyak Negara mengimpornya, sehingga dewasa ini sapi perah Frisian Holstein telah tersebar hamper keseluruh dunia.
Sapi perah Frisin Holstein mulai dimasukan keindonesia pada zaman Hindia Belanda. Pada tahun 1891-1892 mulai didatangkan sapi jantan Frisian Holstein kedaerah pasuran, Jawa Timur. Pejantan-pejantan ini digunakan untuk meningkatkan kualitas sapi-sapi didaerah setempat (Grading-Up), yang mengarah kejenis sapi perah. Sejak tahun 1900 di daerah Lembang, Jawa Barat, telah terdapat sapi perah yang memelihara sapi perah Frisian Holstein menyebar kebeberapa daerah jawa barat.
Pada abad ke 20 telah dilakukan lagi impor sapi perah Frisian Holstein untuk lebih mengembangkan sapi perah yang ada di Indonesia. Pada tahun 1939, 22 ekor pejantan Frisian Holstein didatngkan dari negeri belanda dan ditempatkan di daerah Grati, Pasuran. Didaerah ini sebelumnya telah ada sapi-sapi perah Milking Shorthon, Ayrshire dan Jersei yang didatangkan dari Ausralia. Perkawinan sapi-sapi perah tersebut dengan sapi-sapi setempat telah menghasilkan bangsa sapi perah baru yang dikenal dengan nama sapi perah Grati. Sapi perah ini telah mendapat pengakuan internasional sebagai bangsa sapi perah diindonesia. Pada mulanya sapi perah Grati. Sapi perah ini telah mendapat pengakuan internasional sebagai bangsa sapi perah di Indonesia. Pada mulanya sapi perah Grati mampu berproduksi susu rata-rata 15 liter per hari, namun karena tidak ada pembinaan lebih lanjut, kemampuan produksi susunya mengalami penurunan. Hasil survei yang dilakukan pada tahun 1964 menunjukan bahwa rata-rata produksi susu sapi perah Grati hanya mencapai 6,65 ± 2,02 kg per hari dengan lama laktasi rata-rata 8,95 ± 0,73 bulan. Penurunan tidak hanya terjadi pada produksi susu, tetapi populasinya juga menjadi tidak berkembang. Populasi sapi Grati ini hanya terkonsentrasi di daerah-daerah Pasuruan, Pijon, Nongkojajar dan Batu Raden dengan jumlah populasi yang relatif sangat kecil.
Biaya pakan sapi perah sangat tinggi, yaitu sekitar 50-60 % dari total biaya produksi (di Amerika Serikat), bahkan mencapai 70-80% pada usaha sapi perah diindonesia. Peternak harus betul-betul mempertimbangkan cara memperoleh pakan bagi ternaknya, apakah membeli hijauan dan konsentrat jadi, atau menanam hijauan dan membuat konsentrat sendiri. Jika peternak membeli hijauan dan konsentrat, tentu biaya pakan akan jauh lebih tinggi. Pengguanaan modal ini cukup lama karena biaya pakan ini tidak akan kembali sebelum hasil susu dapat dijual. Oleh karena itu, manajemen pakan sangat menentukan besar kecilnay keuntungan, sehigga biaya pakan harus ditekan serendah mungkin, salah satu cara untuk meningkatkan efisien biaya pakan adalah dengan menyusun ransom sendiri.
Ransom sapi perah yang ideal, ditijau dari segi biologis dan ekonomis, terdiri dari sejumlah hijauan dan konsentrat sebagai tambahan. Ransom sapi perah yang hanya terdiri dari hijauan saja akan menyebabkan ternak sulit mencapai produksi yang tinggi, tetapi biaya ransom relative lebih mahan dan ada kemungkinannterjadi gangguan pencernaan serta sapi perah akan manjadi gemuk. Hal ini sangat bertentangan dengan system pemeliharaan sapi perah yaitu, apabila sapi terlalu gemuk, produksi susunya akan akan berkurang, sehigga efisiensi produksi susu menurun.
Hijauan dan konsentrat sebagai komponen ransom sapi perah, merupakan sumber zat-zat makanan untuk berbagai fungsi tubuh. Agar zat-zat makanan yang dibutuhkan itu dapat terpenuhi, hijauan dan konsentrat perlu diformulasikan menjadi suatu ransum. Denagan demikian formulasi ransum sapi perah bertujuan untuk menyusun suatu ransum yang dapat memenuhi suatu zat-zat makanan, formulasi ransum tidak akan dapat dilakukan. Dalam formulasi ransum kebutuhan air minum pada sapi perah, terutama pada yang sedang berproduksi, harus selalu terpenuhi secara ad-libitum.
Air susu merupakan bahan pangan yang tersusun dari zat-zat makanan dengan komposisi yang seimbang. Dari sudut lain, air susu juga dapat dipandang sebagai bahan mentah yang mengandung zat-zat makanan yang penting. Air susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya yang di makan atau digunakan sebagai bahan makanan yang sehat, dan tidak dikurangi komponennya atau tidak dibubuhi sesuatu apapun. Air susu adalah hasil sekresi kelenjar susu yang bebas kolesrtum dari pemerahan apuh betul dari seekor sapi, dengan kadar bahan kering tampa lemak (solid non fat) tidak kurang dari 8,25 % dan tidak lebih dari 13,25 %. Lebih lanjut. air susu secara khemis merupakan emulsi lemak dalam cairan gula yang didalamnya larut laktosa, garam, mineral dan protein yang terdapat dalam keadaan koloidal.
Ternak yang dapat menghasilkan air susu untuk kebutuhan manusia tidak terbatas pada ternak sapi saja, ternak selain sapi juga dapat menghasilkan air susu untuk kebutuhan manusia antara lain kerbau dan kambing
Air susu merupakan bahan pangan yang tersusun dari zat-zat makanan dengan komposisi yang mengandung zat-zat makanan yang penting. yang seimbang. Dari sudut lain, air susu juga dapat dipandang sebagai bahan mentah air susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya yang di makan atau digunakan sebagai bahan makanan yang sehat, dan tidak dikurangi komponennya atau tidak dibubuhi sesuatu apapun.Air susu adalah hasil sekresi kelenjar susu yang bebas kolesrtum dari pemerahan apuh betul dari seekor sapi, dengan kadar bahan kering tampa lemak (solid non fat) tidak kurang dari 8,25 % dan tidak lebih dari 13,25 %. Lebih lanjut. Air susu secara khemis merupakan emulsi lemak dalam cairan gula yang didalamnya larut laktosa, garam, mineral dan protein yang terdapat dalam keadaan koloidal.
Ternak yang dapat menghasilkan air susu untuk kebutuhan manusia tidak terbatas pada ternak sapi saja, ternak selain sapi juga dapat menghasilkan air susu untuk kebutuhan manusia antara lain kerbau dan kambing.
Produksi seekor sapi perah dipengaruhi oleh linkungan dan genetik. Serta interaksi antar genetic dan lingkungan. Produksi air susu dipengaruhi oleh factor genetic hanya sebesar rata-rata 30% dan 70% nya lagi dipengaruhi oleh factor lingkungan, termasuk factor makanan. Sapi yang mempunyai produksi air susu yang tinggi pada periode laktasi pertama, cenderung mempunyai masa laktasi lebih panjang dan total produksi air susu yang lebih tinggi pula . Makin tinggi produksi air susu yang dihasilkan, maka makin tinggi pula kebutuhsn pakannya. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi lebih rendah dari kebutuhan ternak perah yang sebenarnya, maka ternak tersebut akan kehilangan berat badannya (terutama selama puncak produksi), disamping performance produksinya yang tidak optimal.

Tujuan Dan Kegunaan Praktikum
Tujuan Praktikum.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui bagai mana cara mencari kandungan yang berada dalam air susu sapi perah.
2.Untuk mengetahui berapa persen kadar yang terkandung dalam analisa air susu.
3.Untuk mengetahui atau mengenali alat-alat dan bahan untuk mencari kadar dalama air susu.
4.Untuk mangetahu komposisi kimia air susu.
Kegunaan Praktikum.
Adapun kegunaan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.Agar kita dapat mengetahui kadar apasaja yang terkandung dalam susu sapi perah FH Tsunami.
2.mahasiswa dapat mengetahui cara untuk mencari kadar lemak, kadar air dan bahan kering, kadar laktosa, kadar abu dan kadar protein dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan.

Tempat dan Tanggal Praktikum

Tempat Praktikum.
Praktikum ini dilaksanakan di BLPKH Dinas Peternakan Lobar NTB dan Di Laboraturium Nutrisi Fakultas Peternakan Universitas Mataram.

Tanggal Praktikum.
Paraktikum ini dilaksanakan pada tanggal 22 – 28 Mei Tahun 2009.

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Sapi Perah di Indonesia

Ternak perah yang berkembang di Indonesia hanyalah sapi perah, sedangkan ternak perah lainnya seperti kerbau perah, kambing perah sangat lambat perkembangannya. Hal ini disebabkan oleh perhatian peternak pada ternak perah tersebut sangat kurang, karena produksi air susu yang dihasilkan tidak mampu mengimbangi permintaan masyarakat Indonesia. Sapi perah yang dipelihara diindonesia pada umumnya adalah Frisian-Holstein (FH). Kemampuan sapi Frisian-Holstein memproduksi susu dapat mencapai 4.500 – 5.500 liter dalam satu masa laktasi dengan kadar lemak susu rata-rata 36 % (Anonim 1974).
Pada abad ke 20 telah dilakukan lagi impor sapi perah Frisian Holstein untuk lebih mengembangkan sapi perah yang ada di Indonesia. Pada tahun 1939, 22 ekor pejantan Frisian Holstein didatngkan dari negeri belanda dan ditempatkan di daerah Grati, Pasuran. Didaerah ini sebelumnya telah ada sapi-sapi perah Milking Shorthon, Ayrshire dan Jersei yang didatangkan dari Ausralia. Perkawinan sapi-sapi perah tersebut dengan sapi-sapi setempat telah menghasilkan bangsa sapi perah baru yang dikenal dengan nama sapi perah Grati. Sapi perah ini telah mendapat pengakuan internasional sebagai bangsa sapi perah diindonesia. Pada mulanya sapi perah Grati. Sapi perah ini telah mendapat pengakuan internasional sebagai bangsa sapi perah di Indonesia. Pada mulanya sapi perah Grati mampu berproduksi susu rata-rata 15 liter per hari, namun karena tidak ada pembinaan lebih lanjut, kemampuan produksi susunya mengalami penurunan. Hasil survei yang dilakukan pada tahun 1964 menunjukan bahwa rata-rata produksi susu sapi perah Grati hanya mencapai 6,65 ± 2,02 kg per hari dengan lama laktasi rata-rata 8,95 ± 0,73 bulan. Penurunan tidak hanya terjadi pada produksi susu, tetapi populasinya juga menjadi tidak berkembang. Populasi sapi Grati ini hanya terkonsentrasi di daerah-daerah Pasuruan, Pijon, Nongkojajar dan Batu Raden dengan jumlah populasi yang relatif sangat kecil (Asih 2004).


Pengertian Air Susu
Air susu merupakan bahan pangan yang tersusun dari zat-zat makanan dengan komposisi yang mengandung zat-zat makanan yang penting. Hadiwiyoto (1982) menyatakan, yang seimbang. Dari sudut lain, air susu juga dapat dipandang sebagai bahan mentah air susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya yang di makan atau digunakan sebagai bahan makanan yang sehat, dan tidak dikurangi komponennya atau tidak dibubuhi sesuatu apapun. Webb dan Jhonson (1965) distasi oleh Sadia dkk (2004) menyatakan, air susu adalah hasil sekresi kelenjar susu yang bebas kolesrtum dari pemerahan apuh betul dari seekor sapi, dengan kadar bahan kering tampa lemak (solid non fat) tidak kurang dari 8,25 % dan tidak lebih dari 13,25 %. Lebih lanjut Eckles (1951) mengemukakan bahwa, air susu secara khemis merupakan emulsi lemak dalam cairan gula yang didalamnya larut laktosa, garam, mineral dan protein yang terdapat dalam keadaan koloidal.
Campbell dan Lesley (1969) disitasi Sadia dkk (1989) menyatakan, ternak yang dapat menghasilkan air susu untuk kebutuhan manusia tidak terbatas pada ternak sapi saja, ternak selain sapi juga dapat menghasilkan air susu untuk kebutuhan manusia antara lain kerbau dan kambing.

Produksi Air Susu Sapi Perah
Produksi seekor sapi perah dipengaruhi oleh linkungan dan genetik. Serta interaksi antar genetic dan lingkungan. Produksi air susu dipengaruhi oleh factor genetic hanya sebesar rata-rata 30% dan 70% nya lagi dipengaruhi oleh factor lingkungan, termasuk factor makanan. Sapi yang mempunyai produksi air susu yang tinggi pada periode laktasi pertama, cenderung mempunyai masa laktasi lebih panjang dan total produksi air susu yang lebih tinggi pula (Asih 2004). Makin tinggi produksi air susu yang dihasilkan, maka makin tinggi pula kebutuhsn pakannya. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi lebih rendah dari kebutuhan ternak perah yang sebenarnya, maka ternak tersebut akan kehilangan berat badannya (terutama selama puncak produksi), disamping performance produksinya yang tidak optimal.

Komposisi Air susu
Air susu mempunyai sifat fisik dan kimia. Sisa fisik air susu sam kompleksnya dengan sifat kimianya, karena air susu mempunyai konstituen yang bermacam-macam. Marsumiyanto (1978) menyatakan, sifat fisik dan kimia air susu berbeda diantara sample susu.
Air dalam susu berfungsi sebagai zat pelarut bagi konstituen susu yang tidak dapat larut. Variasi kadar air disebabkan varaiasi senyawa yang terdapat dalam susu, seperti lemak dan protein (Davis, 1962).
Pembagian konstituen air susu ada bermacam-macam. Menurut Davis (1962), konstituen air susu terdiri dari lemak, protein, laktosa, mineral, dan vitamin. Menurut Eckles (1951), air susu terdiri dari air dan bahan kering. Bahan kering terdiri lagi menjadai lemak susu dan bahan kering tampa lemak atau bahan padat susu tampa lemak (Milk Solid Non Fat) yang terdiri dari protein, laktosa dan mineral (abu). Laktosa yang terlarut di dalam air susu sebanyak 4,8% dan memberikan rasa manis pada susu. Kegunaan laktosa bagi tubuh manusia adalah sama dengan karbohidrat lainnya tetapi harus dipecah dulu menjadi glutosa dan glaktosa oleh enzim laktosa dalam alat pencernaan (Sindoeredjo, 1960).
Factor-faktor yang mempengaruhi komposisi air susu
Sifat fisik air susu sama kompleksnya dengan sifat kimianya, karena air susu mempunyai konstituen yang bermacam-macam. Marsumiyanto (1978) menyatakan, sifat fisik dan kimia air susu berbeda diantara sample susu. Variasi perbedaan ini disebabkan oleh genetic, breed (bangsa), individu, umur, masa laktasi, factor pemerahan, iklim, kebuntingan dan makanan.
1. Faktor bangsa (Breed).
Bangsa atau breed sapi perah yang dipelihara dapat mempengaruhi komposisi air susu . perbedaan komposisi air susu yang dihasilkan terutama pada kadar lemaknya. Kadar lemak yang tinggi biasanya diikuti dengan kenaikan kadar protein dan kadar abu, sedangkan kadar laktosanya relative konstan sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi kadar bahan padat dari air susu (Adnan, 1984).

2. Faktor Variasi Individu.
Variasi individu dapat menyebabkan perbedaan komposisi air susu, selain juga sebagai akibat dari kombinasi faktor lingkungan. Keturunan merupakan kapasitas potensial suatu individu ternak dalam menghasilkan air susu dengan komposisi tertentu, sedangkan factor lingkungan dapat mempengaruhi potensial tadi untuk menghasilkan kapasitas actual.
3. Faktor Umur
Umur dapat mempengaruhi produksi air susu yang dihasilkan. Penambahan umur ternak mempengaruhi kadar lemak air susu yang dihasilkan, tetapi pengaruh ini sangat kecil. Pada umur produktif perbedaan penurunan kadar lemak air susu tersebut tidak lebih dari 0,2% (Adnan, 1984).
Menurut Beth et all (1978) disitasi oleh Asih (2004), produksi susu meningkat sampai umur 8 tahun dengan rata-rata peningkatan (Incresing rate) yang semakin berkurang sesuai dengan bangsanya. Setelah umur 8 tahun produksi akan menurun, tetapi penurunan ini lebih kecil dari pada peningkatan sebelum umur tersebut. Menurut Esminger (1969) disitasi oleh Asih (2004), selama berumur 6 tahun, kadar lemak susu juga akan menurun secara perlahan-lahan.
4. Faktor Masa Laktasi.
Masa laktasi juga dapat mempengaruhi komposisi air susu yang dihasilkan. Air susu yang dihasilkan pada 1-4 hari pertama setelah melahirkan disebut kolestrum yang mempunyai kandungan garam (abu/mineral) lebih tinggi terutama kandungan Na dan Cl nya, sehingga memberikan rasa yang lebih asin. Mulai hari ke 5 dan seterusnya kadar lemaknya naik, demikian juga kadar proteinnya. Sedangkan kadar laktosa makin lama makin berkurang (Adnan, 1984).
5. Faktor Pemerahan.
Pada umumnaya pemerahan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Jarak pemerahan dapat menentukan jumlah air susu yang dihasilkan. Jika jarak sama, yaitu 12 jam jumlah air susu yang dihasilkan pada pagi dan sore akan sama. Namun jika lama jarak pemerahan tidak sama, jumlah air susu yang dihasilkan pada sore hari lebih sedikit dari pada air susu yang dihasilkan pada pagi hari.
Pemerahan yang baik dilakukan dengan cara yang benar dan alat yang bersih. Tahapan-tahapan pemerahan harus dihasilkan dengan benar agar sapi tetap sehat dan terhindar dari penyakit yang dapat menurunkan produksinya (Sudono 2003).
6. Faktor makanan.
Jumlah dan jenis makanan yang diberikan sangat berpengaruh terhadap produksi air susu yang dihasilkan. Pemberian jumlah makanan yang berlebihan tidak akan menambah produksi air susu. Meskipun demikian pemberian makanan yang jumlahnya kurang dari kebutuhan akan menurunkan produksi air susu . pemberian makanan yang terus berkurang dapat menyebabkan pembongkaran cadangan lemak dalam tubuh ternak sehingga bobot badan ternak menurun (Adnan 1984).
7. Faktor Iklim.
Iklim dapat mempengaruhi kadar lemak dan protein air susu. Pada musim dingin kadar lemaknya akan tinggi dibandingkan pada musim-musim lainnya seperti : musim semi, musim panas dan usim gugur (Adnan, 1984). Sedankan menurut Yepp (1955) yang disitasi oleh Asih (2004) sapi perah yang beranak pada musim gugur atau musim dingin umumnya jumlah produksi air susu dan kadar lemak air susu lebih tinggi dibandingkan dengan sapi yang beranak pada musim panas. Diggings et all, (1969) yang disitasih oleh Asih (2004) menyatakan sapi yamg beranak pada musim gugur produksinya lebih banyak. Sebaliknya sapi yang beranak pada musim panas atau musim semi biasanya memproduksi susu lebih sedikit. Perbedaan produksi ini bervariasi untuk tiap-tiap daerah.
8. Faktor Kebuntingan.
Menurut Schmidt (1971) yang disitasi oleh Abdurrahman (1976), bahwa kebuntingan juga mempengaruhi produksi dan komposisi air susu dalam masa laktasi. Turunnya produksi air susu selama terjadi kebuntingan antara lain disebabkan karena sebagian zat-zat makanan dari induknya dipergunakan untuk perkembangan feetusnya sehingga untuk produksi susu berkurang. Disamping itu karena bertambahnya progesterone dan estrogen dalam darah pada saat kebuntingan mungkin akan mengurangi produksi air susu (Schmidt dan Vleck, 1974 yang disitasi oleh Abdurrahman, 1976).
Persyaratan Air Susu
Pemeriksaan kualitas susu dapat dibedakan : kondisi fisik, kondisi biokimia dan kondisi mikrobiologi air susu (Riyadi, 2003). Persyaratan kualitas air susu murni yang dapat beredar harus memenuhi standar dari SK Direktorat Jenderal Peternakan No. 17/Kpts/DJP/Deptan/83 dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Seperti tercantum pada taber dibawah ini :
No Komponen SK Dijen Peternakan SNI
1 Warna, bau, rasa, dan kekentalan Tidak ada perubahan -
2 Air - 88,80%
3 Berat jenis (pada suhu 27,5˚C) sekurang-kurangnya 1,028 -
4 Kadar lemak minimal 2,8% 3,4%
5 Kadar bahan kering tampa lemak (BKTL) minimal 8,0% 11,20%
6 Derajat keasaman 4,5-7˚ SH -
7 Uji alcohol 70% Negative -
8 Uji didih Negative -
9 Titik beku 0,520˚C sampai 0,560˚C -
10 Laktodsa - 4,00%
11 Mineral/Abu - 0,70%
12 Kadar protein minimal 2,7% 3,10%
13 Angka reduktase 2-5 jam -
14 Jumlah bakteri saprofit 3 sampai CFU/ml susu -


MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

Materi Praktikum

Alat-alat Praktikum
Praktikum di Lapangan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
•Skop untuk membersihkan kandang sapi perah
•Sikat untuk membersihkan sapi
•Sapu lidi untuk menyapu kandang sapi
•Ember untuk menampung susu yang sudah diperah
•Literan Susu untuk menakar susu
•Plastik transparan untuk menaruh susu yang akan dijual
•Tali untuk mengikat kedua kaki belakang sapi yang akan diperah
•Ember untuk mengambil pakan konsentrat sapi perah
•Keranjang untuk memasukan pakan sapi yang akan diberikan
•Kamera untuk mengambil foto pada saat kegiatan praktikum

Praktikum di Laboraturium
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum di Laboraturium ini adalah sebagai berikut :
Tahap persiapan
•4 Buah loyang kosong untuk memasukan susu segar
•Plastic transparan untuk mengalasi loyang yang akan dimasukan susu
•Isolasi untuk mengisolasi/ menempelkan plastik pada loyang
•Gunting untuk menggunting plastik
•Timbangan Analitik untuk menimbang loyang dan sample susu
•Oven 70˚C untuk mengeringkan sample susu yang akan diketahui kandungannya
•Blender untuk menghancurkan susu yang sudah dikeringkan

Acara 1 :Analisa Kadar Air dan kadar Bahan Kering
•Oven suhu 105˚C untuk mengeringkan susu
•Cawan porselin utuk memasukan sample yang akan diuji
•Desikator untuk mendinginkan cawan porselin atau bahan yang akan diteliti agar tidak terkena udara bebas.
•Tang Penepit untuk mengambil atau menjepit bahan dan alat yang tidak bisa diambil dengan tangan kosong.
•Kertas Saring untuk menyaring susu yang akan diketahui kadar airnya
•Sendok untuk mengambil sample
•Tisu untuk membersihkan alat

Acara 11: Analisa Kadar Lemak
•Timbangan Analitik untuk menimbang kertas saring dan sample susu
•Kertas Saring untuk menyaring sample susu
•Cawan untuk memasukan sample yang akan dimasukan dalam oven
•Desikator untuk mendinginkan cawan atau sample agar tidak terkena udara bebas.
•Tabung Ekstrasi soxhlet untuk mereaksikan kadar lemak
•Pendingin tegak untuk menjaga penguapan
•Penangas air untuk melarutkan kadar lemak
•Labu penampung untuk menampung kadar lemak yang telah disaring
•Pinset
•Oven pengering suhu 105˚C untuk mengeringkan sample susu
•Timbangan Ohaus (Toploding) untuk menimbang sample atau kertas saring
•Thermometer untuk mengetahui suhu.
•Corong glass untuk memasukan sample pada tabung

Acara 111: Analisa Kadar Abu
•Cawan porselin, digunakan sebagai tempat susu kering.
•Desikator, digunakn untuk mendinginkan susu setelah dioven.
•Timbangan Analitik, untuk menimbang susu segar dan susu yang telah kering.
•Tanur, alat pemanas dengan suhu 600 ºC.
•Tang penjepit untuk mengambil cawan dalam open yang masih panas
•Loyang untuk memasukan sampel

Acara 1V : Analisa Kadar Protein
•Timbangan Analitik untuk menimbang sample
•Lemari Asam tempat melakukan pemanasan dari pemanasan rendah, sedang dan pemanasan tinggi.
•Labu Erlenmeyer sebagai wadah sample saat melakukan destilisasi
•Labu kjildahl untuk mencampur sample bahan kimia dan batu didih untuk melakukan destruksi dalam mencari kadar protein.
•Kompor unit distruksi untuk memanaskan atau untuk mendistilasi untuk mencari kadar protein
•Beaker glas untuk mencampur sample
•Pipet ukur untuk mengambil bahan yang dibutuhkan
•Buret untuk mentitrasikan untuk mencari kadar protein.
•Alat penyuling sebagai alat penyuling saat pengukuran kadar protein.

Acara V: Analisa Kadar laktosa
•Pipet ukur untuk mengambil sample susu segar dengan ukuran atau jumlah yang ditentukan
•Tang Penjepit untuk mengambil sample
•Erlenmeyer untuk melarutkan susu segar yang akan dianalisa
•Corong untuk memasukan susu atau wadah untuk meyaring susu
•Pipet ukur untuk mengambil sample atau cairan yang dibutuhkan
•Desikator untuk mendinginkan sample agar tidak terkena udara bebas
•Tabung penampung untuk menampung sample
•Lemari asam untuk mencegah uap asam agar tidak tercemar

Bahan – bahan Praktikum:
Praktikum di Lapangan
Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum dilapangan adalah sebagai berikut:
•Minyak kelapa untuk melicinkan putting susu pada saat pemerahan
•Air untuk memandikan sapi, untuk membersikan kandang sapid an untuk air minum sapi.
•Pakan konsentrat
•Pakan hijaauan

Praktikum di Laboraturium
Adapun bahan – bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tahap Persiapan sample
•Air susu segar satu ekor sapi perah:
1.Sample depen kanan 1 liter
2.Sample depan kiri 1 liter
3.Sample belakang kanan 1 liter
4.Sample belakang kiri 1 liter

Acara 1: Analisa Kadar Air dan Bahan Kering
•Susu kering Depan Kiri 250 ml
Acara 11: Analisa kadar Lemak
•Sample tepung susu kering depan kiri
•Potreleum benzene bahan pelarut lemak
•kloroform
Acara 111: Analisa Kadar Abu
•sample susu kering depan kiri
Acara 1V: Analisa Kadar Protein
•CUSO4 sebanyak 1 gram
•K2SO4 sebanyak 2 gram
•Batu Didih 2 butir
•H2SO4 pekat 97% sebanyak 25 ml
•NaOh 40%
•H2SO4 0,222 n
•Asam Borat
•AquaDest
•Sampel susu Depan Kiri sebanyak 1,025 gram
Acara V:Analisa Kadar Laktosa
•Susu segar sebanyak 25 ml
•HCL 4-5 PH pekat sebanyak 30 tetes

Metode Praktikum

Praktek Di Lapangan
a.Membersihkan kandang sapi perah dengan menggunakan skop, sapu lidi, dan air dengan membersihkan menggunakan air hingga bersih.
b.Memandikan sapi dengan menggunakan air, sabun dan sikat hingga bersih pada seluruh bagian tubuh sapi.
c.Memberikan pakan sapi dengan menggunakan kerajang untuk menakar pakan yang akan diberikan pada masing-masing sapi yang ada.
d.Memberikan pakan konsentrat dengan menggunakan ember pada tiap ekor sapi
e.Mengikat kedua kaki belakang sapi dengan menggunakan tali agar sapi tidak bergerak.
f.Mengoleskan minyak kelapa pada ambing sapid an meremas-ramas ambingnya agar dapat memberikan rangsangan sehingga air susu banyak diproduksi.
g.Melakukan pemerahan dengan menggunakan tangan dan pemerahan dilakukan pada tiap-tiap putting dan memisahkan jumlah produksi susu tiap putting susu sapi.
h.Menghitung produksi susu sapi tiap putting dengan menggunakan literan susu.
i.Membungkus masing-masing susu yang diproduksi oleh masing-masing putting dengan jumlah masing-masing satu liter sebagai sample praktikum di Laboraturium.
j.Mengamati umur sapi, periode laktasi dan laktasi keberapa.

Praktikum di Laboraturium
Tahap persiapan sample
a.Mengambil 4 buah loyang kosong kemudian membungkus dengan plastic transparan dan ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.
b.Memasukan susu segar kedalam loyang sebanyak 250 ml kemudian memasukan kedalam oven selama 2 x 24 (2 hari) yang bersuhu 60 – 79˚C.
c.Mengeluarkan sample dari oven kemudian ditimbang untuk mengetahui berat keringnya.
d.Memblender sample untuk memperkecil partikel selanjutnya sample siap dianalisa.

Acara 1: Analisa Kadar Air Dan Bahan Kering
a.Mengambil kurs porselin, kemudian dipanaskan pada suhu 105˚C selama kurang lebih 60 menit.
b.Mendinginkan kurs (cawan) porselin dalam desikator, kemudian ditimbang untuk mengetahui berat kurs kosong.
c.Memasukan sample susu sebanyak 2-3 gram kedalam kurs porselin (cawan)
d.Memasukan dalam oven yang bersuhu 105˚C selama 8 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali.
e.Berat yang diperoleh adalah kadar air sedangkan BK diperoleh dengan menggunakan Rumus:
Kadar Air = (Berat cawan + Sampel) – (Berat Cawan+set Oven 105˚C)x 100/Berat Sampel

Acara II : Analisa Kadar Lemak
a.Memasukan kertas saring yang bebas lemak kedalam oven pengering pada suhu 105 ºC selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 1 jam kemudian ditimbanag.

b.Mengambil sample susu yang sudah dikeringkan sebanyak 2,022 gram kemudian dibungkus dengan kertas saring yang sudah dipanaskan.

c.Memasukkan sample yang telah dibungkus kedalam oven 105 ºC selama 8 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 1 jam dan ditimbang.

d.Mengambil sample yang telah dioven kemudian dimasukkan kedalam tabung ekstrasi shoklet.

e.Memasang tabung ekstrasi sohklet yang telah terisi sample pada alat ekstrasi sohklet (labu penampung, pendingin tegak dan tabung ekstrasi sohklet) yeng telah dirangkai sedemikian rupa dan diletakan diatas pnangas air (water back).

f.Mengisi petroleum benzene (palarut lemak) sampai seluruhnya turun kedalam labu penampung.

g.Menghentikan proses ekstraksi apabila bahan pelarut lemak dalam labu sohklet sampai kelihatan bening.

h.Mengeluarkan sample yang sudah diekstraksi kemudian dimasukkan kedalam oven pengering dengan suhu 105 ºC selam 4 jam.

i.Mengeluarkan sample dari open kemudian dimasukan kedalam desikator selama 1 jam dan selanjutnya sample ditimbang.

Acara 111: Analisa Kadar Abu
a.Mengambil Kurs porselil kemudian dipanaskan pada suhu 105 ºC selama kurang lebih 60 menit.

b.Mendinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang untuk mengetahui beratnya.

c.Memasukkan susu yang telah ditimbang sebanyak 2 gram, kemudian memasukkan dalam tanur yang bersuhu 600 ºC, pembakaran dihentikan sampai abu berwarna putih bersih.

d.Mengambil kurs berisi abu secara berhati-hati, kemudian didinginkan pada suhu 120 ºC selama beberapa saat, kenudian dimasukkan dalam desikator selama 1 jam.

e.Menimbang untuk mengetahui kadar abunya.

f.Mencari kadar abu dengan menggunakan rumus.

Acara IV : Analisa Kadar Protein
Pengukuran kadar protein susu menggunakan metode Kjildahl dimana dikerjakan melalui 3 tahap yaitu :
a.Distruksi
•Menimbang sample yang telah dikeringkan sebanyak 1,5 gram, mengambil batu didik sebanyak dua butir kemudian dimasukan yang sudah bersih dan kering.

•Menambahkan 2 gram K2SO4, 1 gram CuSO4 dan H2SO4 sebanyak 87%=25 ml pekat kemudian didestruksikan dalam lemari asam mulai dari pemabasan lemah, sedang dan tinggi sampai berwarna hijau jernih(1,5 jam) selanjutnya didinginkan pada suhu kamar.

b.Destilasi atau penyulingan
•Mengencerkan hasil destruksi dengan aquadest sampai volume 100 ml, kemudian diambil 20 ml dan ditambahkan 20 ml NaOH 40% lalu masukan dalam labu Erlenmeyer 250 cc.

•Memanaskan labu Erlenmeyer yang berisi aquadest kemudian dipanaskan dengan penangas kemudian uap nitrogen disalurkan ke beaker glass yang berisi sample NaOH selanjutnya disalurkan ke labu becker yang telah terisi H3BP3 sebanyak 20 ml, lalu alat penyuling dipasang sedemikian rupa hingga ujung alat penyulin tercelup (tidak berongga)

•Penyulingan dihentikan apabila dalam cairan penampung / labu becker telah mencapai 100 ml kemudian alat penyuling dimatikan.

c.Titrasi
•Mentitrasikan cairan dalam labu penampung dengan standar H2SO4 0,222 N sapai terjadi perubahan warna kewarna semula (merah muda).

Acara V : Analisa Kadar Laktosa
a.Mengambil air susu sebanyak 25 ml kemudian masukkan kedalam erlenmeyer.

b.Meneteskan HCL sampai terjadi penggumpalan (30 tetes) sehingga PH nya menjadi 4-5 proses ini dilakukan dilemari asam.

c.Menyaring dengan menggunakan kertas saring kedalam Erlenmeyer yang telah diketahui beratnya.

d.Memasukkan kedalam oven pengering 105 ºC selama 1 malam kemudian mendinginkan dalam desikator kurang lebih 1 jam kemudian ditimbang untuk mengetahuio kadar laktosanya.

e.Menghitung kadar laktosa dengan menggunakan rumus :

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil dan pembahasan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Praktikum Dilapangan

Tabel 1: produksi susu sapi perah FH di BLPKH Banyumulek Dinas Peternakan Lombok Barat NTB :
Nama Sapi
Umur/tahun
Laktasi Ke Produksi Susu/ Ambing
Ambing Jumlah/liter

Tsunami
4-5
II Depan Kanan 1,5
Depan Kiri 1,8
Belakang Kanan 1,5
Belakang Kiri 1,4

Praktikum dilapangan dilakukan yaitu membersihkan kandang sapi dengan benggunakan skop dan sapu lidi kemudian disiram dengan menggunakan air setelah pembersihan kandang selesai yaitu memandikan sapi dengan meggunakan air dan menyikat pada seluruh bagian tubuh sapi yang telah diolesi sabun dan dicebur dengan air hingga sapi kelihatan bersih, memberikan pakan sapi dengan menggunakan keranjang untuk pakan hijauan dan pemberian pakan konsentrat dengan menggunakan ember plastic. Melakukan pemerahan yaitu sapi diikat dengan tali pada kedua bagian kaki belakang agar sapi tidak bergerak saat pemerahan, setelah sapi diikat kemudian ambing sapi diolesi dengan minyak kelapa supaya saat pemerahan putting susu sapi tidak lecet, dan untuk melakukan rangsangan pada sapi yaitu sapi diremas-remas pada bagian ambingnya yang bertujuan agan sapi mengghasilkan susu yang banyak.
Dari hasil Praktikum bahwa jumlah produksi susu sapi dilihat dari ambing depan dan belakang, produksi susu dari ke 4 putting susu yang diambil sampelnya untuk di analisa di laboraturium nutrisi adalah masing-masing 1 liter antara semua putting sapi tsunami. Jumlah produksi susu yang paling banyak antara ke 4 putting susu ini adalah: putting susu Depan Kiri sebanyak 1,8 liter dan yang ke 2 adalah depan kanan yaitu 1,5 liter dan blakang kanan yaitu 1,5 liter sedangkan yang paling sedikit adalah belakang kiri yaitu 1,37.
Dari hasil pemerahan untuk keseluruhan jumlah produksi susu sapi tsunami adalah 6,17 liter dan dari hasil pengamatan bahwa sapi ini berumur sekitar 4-5 tahun sedangkan sapi ini masa laktasi ke II, sapi ini pertama melahirkan umur 1,5 tahun, pengamatan untuk jumlah putting adalah abnormal atau 4 putting dan bentuk ambing kendor dan besar, sapi tersebut mengalami pincang pada kaki belakang.
Praktikum di Laboraturium
Persiapan Sampel

Tabel II : Tahap Persiapan Sampel ke 4 putting susu sapi perah FH tsunami
Kode sample Berat Loyang kosong
(gram) Bert Lyng sample
(gram) Berat loyang + sample
(gram)
Depan Kanan 167,2 418,1 197,1
Depan Kiri 164,9 415,8 197,6
Belakang kanan 169,6 420,4 200,4
Belakang Kiri 148,3 399,4 177,7

Pada tahap persiapan sample untuk mencari bahan yang terkandung dalam air susu sapi adalah: mengambil 4 buah loyang kosong kemudian menempelkan plastic transparan pada ke 4 empat loyang kosong yang bertujuan agar susu tidak menempel pada loyang tersebut, setelah itu menimbang ke 4 loyang dan setelah diketahui berat loyang kemudian memasukan masing-masing 250 ml susu segar dan ditimbang bersama loyang, sample yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan kedalam oven yang bersuhu 70 ºC selama 2X24 jam, setelah smpai 2 hari kemudian susu dikeluarkan dan ditimbng untuk mengetahui berat kering setelah ke 4 susu kering ditimbng lalu ke 4 sampel diblender untuk memperkecil partike susu kering tersebut.


Analisa Kadar Air, Bahan Kering dan Kadar Abu
Tabel III : Table Kadar Air Dan Kadar Abu
Kode Sampel Berat Cwn Kosng (gram) Bert C+Smpe (gram) Brt C+ S oven 105ºC (gram) Brt C+S pjr 600ºC (gram) Berat Smpl
(gram) K Air (%) K Abu (%)
Depan Kiri 20,536 22,580 22,536 20,738 2,044 2,156 9,8826

Analisa kadar air dan bahan kering dilakukan dengan mengambil kurs porselin kemudian dipanaskan pada suhu 105ºC selama kurang lebih 1 jam setelah langkah tersebut dilakukan kemudian mendinginkan kurs porselin dalam desikator lalu ditimbang untuk mengetahui berat kurs kosong yaitu 20,536 tujuan untuk mengetahui berat kurs yang belum dimasukan sample susu yang akan dianalisa setelah penimbangan dilakukan kemudian memasukkan sample sebanyak 2-3 gram sehingga berat yang diketahui adalah 22,580 gram lalu memanaskan sample dalam oven yang bersuhu 105 ºC selama 8 jam kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali sehingga berat kurs dan sample setelah dioven adalah 22,536 gram berat yang diperoleh adalah kadar air sedangkan untuk mencari bahan keringnya yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Mencari bahan kering dengan menggunakan air mempunyai hasil yaitu 12,585% sedangkan hasil dari kadar air dengan menggunakan rumus yaitu 2,1526% dan untuk mencari kadar air sebenarnya dengan rumus yaitu 87,4815%.

Untuk mengetahui kadar abu yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut: terlebih dahulu mengambil kurs porselin sretelah itu dimasukan dalam oven atau dipanaskan pada suhu 110ºC selama kurang lebih 1 jam kemudian mendinginkan dalam desikator lalu ditimbang untuk mengetahui beratnya, kemudian memasukan sample susu yang telah dikeringkan kedalam kurs porselin sebanyak 2 gram lalu masukkan dalam tanur yang bersuhu 600ºC selama beberapa menit, pembakaran dihentikan sampai abu berwarna putih bersih, setelah sample tersebut menjadi abu kemudian mengambilnya secara berhati-hati sample dan kurs lalu didinginkan pada suhu 120ºC selama beberapa saat lalu didinginkan dalam desikator selama kurang lebih satu jam dan menimbang untuk mengetahui beratnya, dan berat yang diperoleh dari hasil timbangan adalah 20,738 gram, mencari kadar abu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Analisa Kadar Lemak
Tabal IV: Analisa Kadar Lemak susu sapi perah FH
Kode Sampel Brt Krt Sring (gram) Brt Ks+Sampel (gram) Brt Ks+S Ov 105ºC (gram) Brt Ks+ S ektrksi (gram) Berat Sampel (gram) Kadar Lemak (%)
Depan Kiri 0,467 2,489 2,433 1,714 2,022 35,5589

Analisa kadar lemek mempunyai beberapa proses yaitu: mengambil dan memasukan kertas saring yang bebas lemak kedalam oven pengering pada suhu 105ºC selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 1 jam lalu ditimbang untuk mengetahui beratnya dan berat yang diperoleh adalah 0,47 gram setelah itu mengambil sample susu yang sudah dikeringkan sebanyak 2,022 gram kemudian dibungkus dengan kertas sarig yang sudah dipanaskan lalu dimasukkan kedalam oven yang bersuhu 105 ºC selama 8 jam kemudian didinginkan pada desikator selama 1 jam dan ditimbang untuk mengetahui beratnya yaitu 2,433 gram lalu sample dan kertas saring yang sudah dioven masukan dalam tabung ekstrasi sohklet, tabung ekstraksi sohklet yang berisi kertas saring dan sample susu dipasang pada alat ekstraksi sokhlet ( labu penampung, pendingin tegak dan tabung ekstraksi sokhlet) yang telah dirangkai sedemikian rupa dan diletakan diatas penangas air, pada rangakaian tersebut diisi potreleum benzene (pelarut lemak) sampai seluruhnya turun kedalam labu penampung, proses ekstraksi dihentikan apabila bahan pelarut lemak dalam labu sokhlet sudah bening lalu sample yang sudah diekstraksi dikeluarkan dari alat ekstraksi kemudian dimasukkan kedalam oven pengering dengan suhu 105 ºC selama 4 jam lalu sample dikeluarkan dari oven kemudian dimasukkan dalam desikator selama 1 jam dan selanjutnya sample ditimbang untuk mengetahui beratnya.

Analisa Kadar Protein
Tabel V : Tabel Analisa Kadar Protein
Kode
Sampel Brt Sampel
(gram) Titrasi
(ml) Protein
(%)
Depan Kiri 1,025 2,3 22,2472

Untuk mengetahui Kadar Protein susu digunakan metode kjildahl dimana dikerjakan dalam 3 tahap yaitu: Destruksi, Destilasi (Penyulingan) Dan Titrasi. Destruksi dilakukan dengan langkah menimbang sample yang telah dikeringkan sebnyak 1,5 gram dan batu didih sebanyak 2 butir lalu dimasukkan dalam labu kjildahl yang sudah bersih dan kering kemudian ditambahkan 2 gram K2SO4, 1 gram CuSO4 dan H2SO4 sebanyak 87 %= 25 ml lalu didestruksikan didalam lemari asam mulai dari pemanasan lemas, sedang dan pemanasan tinggi sampai berwarna hijau murni(1,5 jam) lalu didinginkan pada suhu kamar. Destilasi (penyulingan) dilakukan setelah hasil destruksi diencerkan dengan aquadest sampai volume 100 ml kemudian diambil 20 ml dan ditambahkan 20 ml NaOH 40% lalu dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer 250 cc, Erlenmeyer yang berisi aquadest dipanaskan dengan penangas lalu disalurkan kedalam beker glass yang beisikan sample dan NaOH selanjutnya disalurkan di labu beker glass yang telah terisi H3BP3 sebanyak 20 ml setelah itu alat penyuling dipasang hingga ujung alat penyuling tecelup(tidak berongga), penyulingan dihentikan apabila cairan dalam labu penampung mencapai 100 ml lalu alat penyuling tersebut dimatikan. Titrasi : adalah cairan dalam labu penampung dititrasikan dengan larutan standar H2SO4 0,222 N sampai terjadi perubahan warna ke warna semula (Merah muda). Untuk mengetahui kadar protein sebenarnya yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Komposisi Kimia Susu
Tabel V1 : Tabel Komposisi Kimia Air Susu Sapi Perah FLPKH Banyumulek Lobar NTB
Kode Sampel Kadar Air (%) Kadar Abu (%) Kadar Lemak (%) Kadar Protein (%) Total
(%)
Depan Kiri 87,4815 1,2644 4,5493 2,8463 96,1415


Komposisi Kimia air susu diperoleh dari beberapa rumus yaitu yang menghasilkan kadar yang terkandung dalam air susu yang merupakan kadar air susu yang sebenarnya, dari komposisi kimia air susu kadar yang mempunyai % kandungan terbanyak adalah kadar air yaitu 87,4815% dan ke dua yaitu kadar lemak : 4,5493 %, ketiga yaitu kadar protein : 2,8463% dan yang yang paling sedikit adalah kadar abu: 1,2644%.

Analisa Kadar Laktosa
Tabel VII : Analisa Kadar Laktosa
Kode Sampel Berat Erlenmeyer (gram) Brt Er+S Ov 105ºC (gram)Berat Sampel (gram) Kadar Laktosa
(gram)
Depan Kiri 41,030 42,00 25,000 3,880

Untuk mengetahui Kadar Laktosa Air susu dapat dilakukan degan cara sebagai berikut: dengan mengambil air susu segar sebanyak 25 ml lalu dimasukan kedalam Erlenmeyer lalu diteteskan HCL sampai terjadi penggumpalan, untuk sampai terjadinya gumpalan dibutuhkan 30 tetes HCL yang dimasukan kedalam Erlenmeyer, erlemeyer dimasukan kedalam lemari asam supaya saat dimasukkan HCL tidak menyebar kemana-manta dan penguapan HCL sangat berbahaya bagi manisia yang menghirupnya. Setelah terjadinya penggumpalan sample tersebut disaring dengan kertas saring kedalam Erlenmeyer yang telah diketahui beratnya lalu dimasukkan kedalam oven pengering dengan suhu 105 ºC selama 1 malam setelah itu didinginkan dalam desikator selama 1 jam kemudian ditimbang untuk mengetahui kadar laktosanya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari hasil praktikum analisa kadar air susu sapi perah FH di BLPKH Dinas Peternakan Banyumulek lombok barat dan analisa di Laboraturium Nutrisi dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
• Produksi susu sapi perah Tsunami dari ke 4 putting susu dan ambing adalah yang paling banyak memproduksi yaitu bagian putting depan kiri yaitu 1,8 liter dan kedua depan kanan dan blakang kanan : 1,5 liter dean yang belakang kiri : 1,4 liter.
•Dari hasil analisa komposisi kimia susu yang terbanyak kandungannya yaitu kadar air sebayak : 87,4815% jadi dapat disimpulkan bahwa yang paling banyak bahan yang terkandung dalam air susu yaitu kadar air.
•Untuk mencari kandungan dalam air susu yang membutuhkan bayak langkah untuk menghasilkan kandungannya yaitu untuk mencari kadar protein air susu mempunyai 3 tahap yaitu : Destruksi, Destilasi Atau Penyulingan dan Titrasi.
•Sample yang digunakan pada praktek ini adalah sample bagian depan kiri pada putting susu sapi perah Tsunami.
•Untuk mendapatkan hasil dari analisa air susu tidak hanya dengan mencari menggunakan bahan kimia akan tetapi untuk mencari kadar yang sebenarnya yaitu dengan menggunakan rumus dari masing-masing analisa tersebut.

Saran
Diharapkan untuk para mahasiswa yang melakukan praktek atau penelitian mencari kadar air susu sapi agar benar-benar memperhatikan bagaimana cara kerja dan langkah-langkah untuk menghasilkan kadar yang terkandung dalam air susu supaya dilain waktu dapat bermanfaat untuk diri sendiri atau orang lain yang ingin tahu cara kerja tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. U, 1976. Kadar Protein Air Susu Sapi Perah di Kota Madya Yogyakarta. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Yogyakarta.

Adnan, M. 1984. Kimia Dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi Ofset, Yogyakarta.

Asih , A.R.S. 2004. Manajemen Pemuliaan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Mataram.

Bath, D.L.,Dickinson F.N., Tucker H.A and Aplemen R.D. 1978. Dairy Cattle, Principles, Practises, Problems, Profits, Lea and Febiger. Philadelphia.

Cambell.J.R and Lesley. J.F. 1969. The Science Of Animal That Serve Mankind. 2 Ed. Mc. Graw-Hill Book Co. New York.

Davis R.F., 1962. Modern Dairy Cattle Management. Prentice Hall inc. New York.
Eckles C.H., Combs W.B. and Marcy. H. 1951. Milk And Milk Prodiction. Mc Graw. Hill Book Co. New York.

Hadiwiyato S. 1982. Teknologi Uji Mutu Susu Dan Hasil Olahannya. Liberty, Yogyakarta.

Marsumiyanto, 1978. Sifat Fisik Air Susu Dan Kegunaanya. Majalah Peternakan Indonesia No.24 Ed. Desember.

Riyadi.S. Dan Kisworo, D. 2003. Ilmu Teknologi Susu. Bahan Ajar Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Mataram.

Sadia I.N, Dohi M. Kartanegara dan Spudiati. 2004. Produksi Dan Komposisi Susu Kambing Lokal Yang Dipelihara Secara Tradisional Di Teacing Farm Lingsar. Penelitian DPP Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Mataram.

Schmidt, G. 1971. Biologi Of Lactation. W.H Freeman And Co Francisco.

Sindoredjo S. 1960. Pedoman Pemerahan Perusahaan Susu. Proyek Pengembangan Produksi Ternak. Pusat Direktorat Pengembangan Produksi Peternakan. Dirjen Peternakan ,Jakarta.

Sudono A., Rosdiana F.R.,Setiawan S.B.,2003. Beternak Sapi Perah Secar Intensif. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Webb,B.H. and Jhonson A.H., 1965. Fundemantal Dairy Chemistry. Thi Avi Publlising Co. Inc. West Post, Conecticut.

LAMPIRAN

1.%Kadar Air = Berat Cawan+Sampel – Brt Cwn + Ov 105 ºC X 100%/
Berat Sampel

= 22,580 – 22,536 X 100%/
2,044
= 2,1526%

Berat Sampel = Berat Cawan+Sampel – Berat Cawan Kosong
= 22,580 – 20,536
= 2,044 gram
%Kadar Bahan Kering = 100% - % Kadar Air
= 100 – 2,1526
= 97,8474%
%BK Segar = BK Kering Udara X Berat Kering Udara/
Berat Segar/Basah
= 97,8474 X 32,1/ 250,9
= 12,5185%
%KA sebenarnya = 100% - BK Segar
= 100 – 12,5185
= 87,4815%
2.%Kadar Abu = Brt Cwn+S Pij 600 ºC X 100%/
Berat Sampel
= 20,738 – 20,536 X 100/
2,044
= 9,8826%
%Kadar Abu segar = Abu Kering Udara X BK Segar/
Bahan Kering Udara
= 9,8826 X 12,5185/
97,8474
= 1,2644%
3.%Kadar Lemak = Brt cwn+S Ov 105 ºC – Brt Cwn+S pij 600 ºC X 100%/
Berat Sampel
= 2,433 – 1,774 X 100%/
2,022
= 35,5589%
%KL Sebenarnya = %Kadar Lemak X BK Segar/
BK Ker Udara
= 35,5589 X 12,5185/
97,8474
= 4,5493%
4. %KP Kering Udara = ml TitrX 0,222 X 0,014 X 6,38 X 5 X100/
Berat Sampel
= 2,5 X 0,222 X 0,014 X 6,38 X 5 X 100/
1,025
= 22,2472%
%KP Sebenarnya = %KP Ker Udr X %BK Segar/
% BK Krng Udr
= 22,2472 X 12,5185/
97,8474
= 2,8463%
5.%Kadar Laktosa = Brt Erl+S Ov 105 ºC – Brt Erl Kos X 100/
Berat Sampel
= 42,00 – 41,030 X 100/
25,000
= 3,880%

LAPORAN BIOLOGI LAKTASI

OLEH : NI KETUT SWASTINI
BIA. 007. 019
PROGRAM STUDI ILMU PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN-UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2010
DIPOSTING OLEH : RIA HARAMAYANI

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemeliharaan sapi perah beberapa tahun terahir ini menunjukan perkembangan yang sangat pessat. Perkembangan ini terus didorong oleh pemerintah agar swasembada susu tercapai secepatnya. Untuk memenuhi kebutuhan susu secara nasional, perkembangan ternak perah hususnya sapi perah, perlu mendapatkan pembinaan yang lebih mantap dan terencana dari tahun-tahun sebelumnya, karena kebutuhan susu secara nasional sebagian besar dipenuhi dari sapi perah dan orang-orang yang terkait dengan pemeliharaan sapi perah mau meningkatkan diri dengan pengetahuan tentang pemeliharaan sapi perah yang dapat mudah dipahami ditingkatkan jenis dan jumlahnya.
Ternak perah yang berkembang hanyalah sapi perah. Sedangkan ternak perah lainnya seperti kerbau perah dan kambing perah sangat lambat perkembangnya. Hal ini disebabkan oleh perhatian peternak pada ternak tersebut sangat kurang dan hasil susunya juga jauh lebih rendah. Sapi perah yang dipelihara diindonesia dewasa ini pada umumnya adalah Frisian-Holstein. Sapi perah ini pada mulanya berkembang dipropinsi Frieslan, negeri belanda. Diantar jenis sapi perah yang ada, Frisian Holstei mempunyai kemempuan memproduksi susu tertinggi. Kemampuan memproduksi susu sapi perah Frisian Holstein dapat mencapai lebih dari 6.000 kg per laktasi dengan kadar lemak susu rata-rata 3,6 %. Oleh karena itulah, pada masa lalu banyak Negara mengimpornya, sehingga dewasa ini sapi perah Frisian Holstein telah tersebar hamper keseluruh dunia.
Sapi perah Frisin Holstein mulai dimasukan keindonesia pada zaman Hindia Belanda. Pada tahun 1891-1892 mulai didatangkan sapi jantan Frisian Holstein kedaerah pasuran, Jawa Timur. Pejantan-pejantan ini digunakan untuk meningkatkan kualitas sapi-sapi didaerah setempat (Grading-Up), yang mengarah kejenis sapi perah. Sejak tahun 1900 di daerah Lembang, Jawa Barat, telah terdapat sapi perah yang memelihara sapi perah Frisian Holstein menyebar kebeberapa daerah jawa barat.
Pada abad ke 20 telah dilakukan lagi impor sapi perah Frisian Holstein untuk lebih mengembangkan sapi perah yang ada di Indonesia. Pada tahun 1939, 22 ekor pejantan Frisian Holstein didatngkan dari negeri belanda dan ditempatkan di daerah Grati, Pasuran. Didaerah ini sebelumnya telah ada sapi-sapi perah Milking Shorthon, Ayrshire dan Jersei yang didatangkan dari Ausralia. Perkawinan sapi-sapi perah tersebut dengan sapi-sapi setempat telah menghasilkan bangsa sapi perah baru yang dikenal dengan nama sapi perah Grati. Sapi perah ini telah mendapat pengakuan internasional sebagai bangsa sapi perah diindonesia. Pada mulanya sapi perah Grati. Sapi perah ini telah mendapat pengakuan internasional sebagai bangsa sapi perah di Indonesia. Pada mulanya sapi perah Grati mampu berproduksi susu rata-rata 15 liter per hari, namun karena tidak ada pembinaan lebih lanjut, kemampuan produksi susunya mengalami penurunan. Hasil survei yang dilakukan pada tahun 1964 menunjukan bahwa rata-rata produksi susu sapi perah Grati hanya mencapai 6,65 ± 2,02 kg per hari dengan lama laktasi rata-rata 8,95 ± 0,73 bulan. Penurunan tidak hanya terjadi pada produksi susu, tetapi populasinya juga menjadi tidak berkembang. Populasi sapi Grati ini hanya terkonsentrasi di daerah-daerah Pasuruan, Pijon, Nongkojajar dan Batu Raden dengan jumlah populasi yang relatif sangat kecil.
Biaya pakan sapi perah sangat tinggi, yaitu sekitar 50-60 % dari total biaya produksi (di Amerika Serikat), bahkan mencapai 70-80% pada usaha sapi perah diindonesia. Peternak harus betul-betul mempertimbangkan cara memperoleh pakan bagi ternaknya, apakah membeli hijauan dan konsentrat jadi, atau menanam hijauan dan membuat konsentrat sendiri. Jika peternak membeli hijauan dan konsentrat, tentu biaya pakan akan jauh lebih tinggi. Pengguanaan modal ini cukup lama karena biaya pakan ini tidak akan kembali sebelum hasil susu dapat dijual. Oleh karena itu, manajemen pakan sangat menentukan besar kecilnay keuntungan, sehigga biaya pakan harus ditekan serendah mungkin, salah satu cara untuk meningkatkan efisien biaya pakan adalah dengan menyusun ransom sendiri.
Ransom sapi perah yang ideal, ditijau dari segi biologis dan ekonomis, terdiri dari sejumlah hijauan dan konsentrat sebagai tambahan. Ransom sapi perah yang hanya terdiri dari hijauan saja akan menyebabkan ternak sulit mencapai produksi yang tinggi, tetapi biaya ransom relative lebih mahan dan ada kemungkinannterjadi gangguan pencernaan serta sapi perah akan manjadi gemuk. Hal ini sangat bertentangan dengan system pemeliharaan sapi perah yaitu, apabila sapi terlalu gemuk, produksi susunya akan akan berkurang, sehigga efisiensi produksi susu menurun.
Hijauan dan konsentrat sebagai komponen ransom sapi perah, merupakan sumber zat-zat makanan untuk berbagai fungsi tubuh. Agar zat-zat makanan yang dibutuhkan itu dapat terpenuhi, hijauan dan konsentrat perlu diformulasikan menjadi suatu ransum. Denagan demikian formulasi ransum sapi perah bertujuan untuk menyusun suatu ransum yang dapat memenuhi suatu zat-zat makanan, formulasi ransum tidak akan dapat dilakukan. Dalam formulasi ransum kebutuhan air minum pada sapi perah, terutama pada yang sedang berproduksi, harus selalu terpenuhi secara ad-libitum.
Air susu merupakan bahan pangan yang tersusun dari zat-zat makanan dengan komposisi yang seimbang. Dari sudut lain, air susu juga dapat dipandang sebagai bahan mentah yang mengandung zat-zat makanan yang penting. Air susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya yang di makan atau digunakan sebagai bahan makanan yang sehat, dan tidak dikurangi komponennya atau tidak dibubuhi sesuatu apapun. Air susu adalah hasil sekresi kelenjar susu yang bebas kolesrtum dari pemerahan apuh betul dari seekor sapi, dengan kadar bahan kering tampa lemak (solid non fat) tidak kurang dari 8,25 % dan tidak lebih dari 13,25 %. Lebih lanjut. air susu secara khemis merupakan emulsi lemak dalam cairan gula yang didalamnya larut laktosa, garam, mineral dan protein yang terdapat dalam keadaan koloidal.
Ternak yang dapat menghasilkan air susu untuk kebutuhan manusia tidak terbatas pada ternak sapi saja, ternak selain sapi juga dapat menghasilkan air susu untuk kebutuhan manusia antara lain kerbau dan kambing
Air susu merupakan bahan pangan yang tersusun dari zat-zat makanan dengan komposisi yang mengandung zat-zat makanan yang penting. yang seimbang. Dari sudut lain, air susu juga dapat dipandang sebagai bahan mentah air susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya yang di makan atau digunakan sebagai bahan makanan yang sehat, dan tidak dikurangi komponennya atau tidak dibubuhi sesuatu apapun.Air susu adalah hasil sekresi kelenjar susu yang bebas kolesrtum dari pemerahan apuh betul dari seekor sapi, dengan kadar bahan kering tampa lemak (solid non fat) tidak kurang dari 8,25 % dan tidak lebih dari 13,25 %. Lebih lanjut. Air susu secara khemis merupakan emulsi lemak dalam cairan gula yang didalamnya larut laktosa, garam, mineral dan protein yang terdapat dalam keadaan koloidal.
Ternak yang dapat menghasilkan air susu untuk kebutuhan manusia tidak terbatas pada ternak sapi saja, ternak selain sapi juga dapat menghasilkan air susu untuk kebutuhan manusia antara lain kerbau dan kambing.
Produksi seekor sapi perah dipengaruhi oleh linkungan dan genetik. Serta interaksi antar genetic dan lingkungan. Produksi air susu dipengaruhi oleh factor genetic hanya sebesar rata-rata 30% dan 70% nya lagi dipengaruhi oleh factor lingkungan, termasuk factor makanan. Sapi yang mempunyai produksi air susu yang tinggi pada periode laktasi pertama, cenderung mempunyai masa laktasi lebih panjang dan total produksi air susu yang lebih tinggi pula . Makin tinggi produksi air susu yang dihasilkan, maka makin tinggi pula kebutuhsn pakannya. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi lebih rendah dari kebutuhan ternak perah yang sebenarnya, maka ternak tersebut akan kehilangan berat badannya (terutama selama puncak produksi), disamping performance produksinya yang tidak optimal.

Tujuan Dan Kegunaan Praktikum
Tujuan Praktikum.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui bagai mana cara mencari kandungan yang berada dalam air susu sapi perah.
2.Untuk mengetahui berapa persen kadar yang terkandung dalam analisa air susu.
3.Untuk mengetahui atau mengenali alat-alat dan bahan untuk mencari kadar dalama air susu.
4.Untuk mangetahu komposisi kimia air susu.
Kegunaan Praktikum.
Adapun kegunaan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.Agar kita dapat mengetahui kadar apasaja yang terkandung dalam susu sapi perah FH Tsunami.
2.mahasiswa dapat mengetahui cara untuk mencari kadar lemak, kadar air dan bahan kering, kadar laktosa, kadar abu dan kadar protein dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan.

Tempat dan Tanggal Praktikum

Tempat Praktikum.
Praktikum ini dilaksanakan di BLPKH Dinas Peternakan Lobar NTB dan Di Laboraturium Nutrisi Fakultas Peternakan Universitas Mataram.

Tanggal Praktikum.
Paraktikum ini dilaksanakan pada tanggal 22 – 28 Mei Tahun 2009.

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Sapi Perah di Indonesia

Ternak perah yang berkembang di Indonesia hanyalah sapi perah, sedangkan ternak perah lainnya seperti kerbau perah, kambing perah sangat lambat perkembangannya. Hal ini disebabkan oleh perhatian peternak pada ternak perah tersebut sangat kurang, karena produksi air susu yang dihasilkan tidak mampu mengimbangi permintaan masyarakat Indonesia. Sapi perah yang dipelihara diindonesia pada umumnya adalah Frisian-Holstein (FH). Kemampuan sapi Frisian-Holstein memproduksi susu dapat mencapai 4.500 – 5.500 liter dalam satu masa laktasi dengan kadar lemak susu rata-rata 36 % (Anonim 1974).
Pada abad ke 20 telah dilakukan lagi impor sapi perah Frisian Holstein untuk lebih mengembangkan sapi perah yang ada di Indonesia. Pada tahun 1939, 22 ekor pejantan Frisian Holstein didatngkan dari negeri belanda dan ditempatkan di daerah Grati, Pasuran. Didaerah ini sebelumnya telah ada sapi-sapi perah Milking Shorthon, Ayrshire dan Jersei yang didatangkan dari Ausralia. Perkawinan sapi-sapi perah tersebut dengan sapi-sapi setempat telah menghasilkan bangsa sapi perah baru yang dikenal dengan nama sapi perah Grati. Sapi perah ini telah mendapat pengakuan internasional sebagai bangsa sapi perah diindonesia. Pada mulanya sapi perah Grati. Sapi perah ini telah mendapat pengakuan internasional sebagai bangsa sapi perah di Indonesia. Pada mulanya sapi perah Grati mampu berproduksi susu rata-rata 15 liter per hari, namun karena tidak ada pembinaan lebih lanjut, kemampuan produksi susunya mengalami penurunan. Hasil survei yang dilakukan pada tahun 1964 menunjukan bahwa rata-rata produksi susu sapi perah Grati hanya mencapai 6,65 ± 2,02 kg per hari dengan lama laktasi rata-rata 8,95 ± 0,73 bulan. Penurunan tidak hanya terjadi pada produksi susu, tetapi populasinya juga menjadi tidak berkembang. Populasi sapi Grati ini hanya terkonsentrasi di daerah-daerah Pasuruan, Pijon, Nongkojajar dan Batu Raden dengan jumlah populasi yang relatif sangat kecil (Asih 2004).


Pengertian Air Susu
Air susu merupakan bahan pangan yang tersusun dari zat-zat makanan dengan komposisi yang mengandung zat-zat makanan yang penting. Hadiwiyoto (1982) menyatakan, yang seimbang. Dari sudut lain, air susu juga dapat dipandang sebagai bahan mentah air susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya yang di makan atau digunakan sebagai bahan makanan yang sehat, dan tidak dikurangi komponennya atau tidak dibubuhi sesuatu apapun. Webb dan Jhonson (1965) distasi oleh Sadia dkk (2004) menyatakan, air susu adalah hasil sekresi kelenjar susu yang bebas kolesrtum dari pemerahan apuh betul dari seekor sapi, dengan kadar bahan kering tampa lemak (solid non fat) tidak kurang dari 8,25 % dan tidak lebih dari 13,25 %. Lebih lanjut Eckles (1951) mengemukakan bahwa, air susu secara khemis merupakan emulsi lemak dalam cairan gula yang didalamnya larut laktosa, garam, mineral dan protein yang terdapat dalam keadaan koloidal.
Campbell dan Lesley (1969) disitasi Sadia dkk (1989) menyatakan, ternak yang dapat menghasilkan air susu untuk kebutuhan manusia tidak terbatas pada ternak sapi saja, ternak selain sapi juga dapat menghasilkan air susu untuk kebutuhan manusia antara lain kerbau dan kambing.

Produksi Air Susu Sapi Perah
Produksi seekor sapi perah dipengaruhi oleh linkungan dan genetik. Serta interaksi antar genetic dan lingkungan. Produksi air susu dipengaruhi oleh factor genetic hanya sebesar rata-rata 30% dan 70% nya lagi dipengaruhi oleh factor lingkungan, termasuk factor makanan. Sapi yang mempunyai produksi air susu yang tinggi pada periode laktasi pertama, cenderung mempunyai masa laktasi lebih panjang dan total produksi air susu yang lebih tinggi pula (Asih 2004). Makin tinggi produksi air susu yang dihasilkan, maka makin tinggi pula kebutuhsn pakannya. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi lebih rendah dari kebutuhan ternak perah yang sebenarnya, maka ternak tersebut akan kehilangan berat badannya (terutama selama puncak produksi), disamping performance produksinya yang tidak optimal.

Komposisi Air susu
Air susu mempunyai sifat fisik dan kimia. Sisa fisik air susu sam kompleksnya dengan sifat kimianya, karena air susu mempunyai konstituen yang bermacam-macam. Marsumiyanto (1978) menyatakan, sifat fisik dan kimia air susu berbeda diantara sample susu.
Air dalam susu berfungsi sebagai zat pelarut bagi konstituen susu yang tidak dapat larut. Variasi kadar air disebabkan varaiasi senyawa yang terdapat dalam susu, seperti lemak dan protein (Davis, 1962).
Pembagian konstituen air susu ada bermacam-macam. Menurut Davis (1962), konstituen air susu terdiri dari lemak, protein, laktosa, mineral, dan vitamin. Menurut Eckles (1951), air susu terdiri dari air dan bahan kering. Bahan kering terdiri lagi menjadai lemak susu dan bahan kering tampa lemak atau bahan padat susu tampa lemak (Milk Solid Non Fat) yang terdiri dari protein, laktosa dan mineral (abu). Laktosa yang terlarut di dalam air susu sebanyak 4,8% dan memberikan rasa manis pada susu. Kegunaan laktosa bagi tubuh manusia adalah sama dengan karbohidrat lainnya tetapi harus dipecah dulu menjadi glutosa dan glaktosa oleh enzim laktosa dalam alat pencernaan (Sindoeredjo, 1960).
Factor-faktor yang mempengaruhi komposisi air susu
Sifat fisik air susu sama kompleksnya dengan sifat kimianya, karena air susu mempunyai konstituen yang bermacam-macam. Marsumiyanto (1978) menyatakan, sifat fisik dan kimia air susu berbeda diantara sample susu. Variasi perbedaan ini disebabkan oleh genetic, breed (bangsa), individu, umur, masa laktasi, factor pemerahan, iklim, kebuntingan dan makanan.
1. Faktor bangsa (Breed).
Bangsa atau breed sapi perah yang dipelihara dapat mempengaruhi komposisi air susu . perbedaan komposisi air susu yang dihasilkan terutama pada kadar lemaknya. Kadar lemak yang tinggi biasanya diikuti dengan kenaikan kadar protein dan kadar abu, sedangkan kadar laktosanya relative konstan sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi kadar bahan padat dari air susu (Adnan, 1984).

2. Faktor Variasi Individu.
Variasi individu dapat menyebabkan perbedaan komposisi air susu, selain juga sebagai akibat dari kombinasi faktor lingkungan. Keturunan merupakan kapasitas potensial suatu individu ternak dalam menghasilkan air susu dengan komposisi tertentu, sedangkan factor lingkungan dapat mempengaruhi potensial tadi untuk menghasilkan kapasitas actual.
3. Faktor Umur
Umur dapat mempengaruhi produksi air susu yang dihasilkan. Penambahan umur ternak mempengaruhi kadar lemak air susu yang dihasilkan, tetapi pengaruh ini sangat kecil. Pada umur produktif perbedaan penurunan kadar lemak air susu tersebut tidak lebih dari 0,2% (Adnan, 1984).
Menurut Beth et all (1978) disitasi oleh Asih (2004), produksi susu meningkat sampai umur 8 tahun dengan rata-rata peningkatan (Incresing rate) yang semakin berkurang sesuai dengan bangsanya. Setelah umur 8 tahun produksi akan menurun, tetapi penurunan ini lebih kecil dari pada peningkatan sebelum umur tersebut. Menurut Esminger (1969) disitasi oleh Asih (2004), selama berumur 6 tahun, kadar lemak susu juga akan menurun secara perlahan-lahan.
4. Faktor Masa Laktasi.
Masa laktasi juga dapat mempengaruhi komposisi air susu yang dihasilkan. Air susu yang dihasilkan pada 1-4 hari pertama setelah melahirkan disebut kolestrum yang mempunyai kandungan garam (abu/mineral) lebih tinggi terutama kandungan Na dan Cl nya, sehingga memberikan rasa yang lebih asin. Mulai hari ke 5 dan seterusnya kadar lemaknya naik, demikian juga kadar proteinnya. Sedangkan kadar laktosa makin lama makin berkurang (Adnan, 1984).
5. Faktor Pemerahan.
Pada umumnaya pemerahan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Jarak pemerahan dapat menentukan jumlah air susu yang dihasilkan. Jika jarak sama, yaitu 12 jam jumlah air susu yang dihasilkan pada pagi dan sore akan sama. Namun jika lama jarak pemerahan tidak sama, jumlah air susu yang dihasilkan pada sore hari lebih sedikit dari pada air susu yang dihasilkan pada pagi hari.
Pemerahan yang baik dilakukan dengan cara yang benar dan alat yang bersih. Tahapan-tahapan pemerahan harus dihasilkan dengan benar agar sapi tetap sehat dan terhindar dari penyakit yang dapat menurunkan produksinya (Sudono 2003).
6. Faktor makanan.
Jumlah dan jenis makanan yang diberikan sangat berpengaruh terhadap produksi air susu yang dihasilkan. Pemberian jumlah makanan yang berlebihan tidak akan menambah produksi air susu. Meskipun demikian pemberian makanan yang jumlahnya kurang dari kebutuhan akan menurunkan produksi air susu . pemberian makanan yang terus berkurang dapat menyebabkan pembongkaran cadangan lemak dalam tubuh ternak sehingga bobot badan ternak menurun (Adnan 1984).
7. Faktor Iklim.
Iklim dapat mempengaruhi kadar lemak dan protein air susu. Pada musim dingin kadar lemaknya akan tinggi dibandingkan pada musim-musim lainnya seperti : musim semi, musim panas dan usim gugur (Adnan, 1984). Sedankan menurut Yepp (1955) yang disitasi oleh Asih (2004) sapi perah yang beranak pada musim gugur atau musim dingin umumnya jumlah produksi air susu dan kadar lemak air susu lebih tinggi dibandingkan dengan sapi yang beranak pada musim panas. Diggings et all, (1969) yang disitasih oleh Asih (2004) menyatakan sapi yamg beranak pada musim gugur produksinya lebih banyak. Sebaliknya sapi yang beranak pada musim panas atau musim semi biasanya memproduksi susu lebih sedikit. Perbedaan produksi ini bervariasi untuk tiap-tiap daerah.
8. Faktor Kebuntingan.
Menurut Schmidt (1971) yang disitasi oleh Abdurrahman (1976), bahwa kebuntingan juga mempengaruhi produksi dan komposisi air susu dalam masa laktasi. Turunnya produksi air susu selama terjadi kebuntingan antara lain disebabkan karena sebagian zat-zat makanan dari induknya dipergunakan untuk perkembangan feetusnya sehingga untuk produksi susu berkurang. Disamping itu karena bertambahnya progesterone dan estrogen dalam darah pada saat kebuntingan mungkin akan mengurangi produksi air susu (Schmidt dan Vleck, 1974 yang disitasi oleh Abdurrahman, 1976).
Persyaratan Air Susu
Pemeriksaan kualitas susu dapat dibedakan : kondisi fisik, kondisi biokimia dan kondisi mikrobiologi air susu (Riyadi, 2003). Persyaratan kualitas air susu murni yang dapat beredar harus memenuhi standar dari SK Direktorat Jenderal Peternakan No. 17/Kpts/DJP/Deptan/83 dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Seperti tercantum pada taber dibawah ini :
No Komponen SK Dijen Peternakan SNI
1 Warna, bau, rasa, dan kekentalan Tidak ada perubahan -
2 Air - 88,80%
3 Berat jenis (pada suhu 27,5˚C) sekurang-kurangnya 1,028 -
4 Kadar lemak minimal 2,8% 3,4%
5 Kadar bahan kering tampa lemak (BKTL) minimal 8,0% 11,20%
6 Derajat keasaman 4,5-7˚ SH -
7 Uji alcohol 70% Negative -
8 Uji didih Negative -
9 Titik beku 0,520˚C sampai 0,560˚C -
10 Laktodsa - 4,00%
11 Mineral/Abu - 0,70%
12 Kadar protein minimal 2,7% 3,10%
13 Angka reduktase 2-5 jam -
14 Jumlah bakteri saprofit 3 sampai CFU/ml susu -


MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

Materi Praktikum

Alat-alat Praktikum
Praktikum di Lapangan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
•Skop untuk membersihkan kandang sapi perah
•Sikat untuk membersihkan sapi
•Sapu lidi untuk menyapu kandang sapi
•Ember untuk menampung susu yang sudah diperah
•Literan Susu untuk menakar susu
•Plastik transparan untuk menaruh susu yang akan dijual
•Tali untuk mengikat kedua kaki belakang sapi yang akan diperah
•Ember untuk mengambil pakan konsentrat sapi perah
•Keranjang untuk memasukan pakan sapi yang akan diberikan
•Kamera untuk mengambil foto pada saat kegiatan praktikum

Praktikum di Laboraturium
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum di Laboraturium ini adalah sebagai berikut :
Tahap persiapan
•4 Buah loyang kosong untuk memasukan susu segar
•Plastic transparan untuk mengalasi loyang yang akan dimasukan susu
•Isolasi untuk mengisolasi/ menempelkan plastik pada loyang
•Gunting untuk menggunting plastik
•Timbangan Analitik untuk menimbang loyang dan sample susu
•Oven 70˚C untuk mengeringkan sample susu yang akan diketahui kandungannya
•Blender untuk menghancurkan susu yang sudah dikeringkan

Acara 1 :Analisa Kadar Air dan kadar Bahan Kering
•Oven suhu 105˚C untuk mengeringkan susu
•Cawan porselin utuk memasukan sample yang akan diuji
•Desikator untuk mendinginkan cawan porselin atau bahan yang akan diteliti agar tidak terkena udara bebas.
•Tang Penepit untuk mengambil atau menjepit bahan dan alat yang tidak bisa diambil dengan tangan kosong.
•Kertas Saring untuk menyaring susu yang akan diketahui kadar airnya
•Sendok untuk mengambil sample
•Tisu untuk membersihkan alat

Acara 11: Analisa Kadar Lemak
•Timbangan Analitik untuk menimbang kertas saring dan sample susu
•Kertas Saring untuk menyaring sample susu
•Cawan untuk memasukan sample yang akan dimasukan dalam oven
•Desikator untuk mendinginkan cawan atau sample agar tidak terkena udara bebas.
•Tabung Ekstrasi soxhlet untuk mereaksikan kadar lemak
•Pendingin tegak untuk menjaga penguapan
•Penangas air untuk melarutkan kadar lemak
•Labu penampung untuk menampung kadar lemak yang telah disaring
•Pinset
•Oven pengering suhu 105˚C untuk mengeringkan sample susu
•Timbangan Ohaus (Toploding) untuk menimbang sample atau kertas saring
•Thermometer untuk mengetahui suhu.
•Corong glass untuk memasukan sample pada tabung

Acara 111: Analisa Kadar Abu
•Cawan porselin, digunakan sebagai tempat susu kering.
•Desikator, digunakn untuk mendinginkan susu setelah dioven.
•Timbangan Analitik, untuk menimbang susu segar dan susu yang telah kering.
•Tanur, alat pemanas dengan suhu 600 ºC.
•Tang penjepit untuk mengambil cawan dalam open yang masih panas
•Loyang untuk memasukan sampel

Acara 1V : Analisa Kadar Protein
•Timbangan Analitik untuk menimbang sample
•Lemari Asam tempat melakukan pemanasan dari pemanasan rendah, sedang dan pemanasan tinggi.
•Labu Erlenmeyer sebagai wadah sample saat melakukan destilisasi
•Labu kjildahl untuk mencampur sample bahan kimia dan batu didih untuk melakukan destruksi dalam mencari kadar protein.
•Kompor unit distruksi untuk memanaskan atau untuk mendistilasi untuk mencari kadar protein
•Beaker glas untuk mencampur sample
•Pipet ukur untuk mengambil bahan yang dibutuhkan
•Buret untuk mentitrasikan untuk mencari kadar protein.
•Alat penyuling sebagai alat penyuling saat pengukuran kadar protein.

Acara V: Analisa Kadar laktosa
•Pipet ukur untuk mengambil sample susu segar dengan ukuran atau jumlah yang ditentukan
•Tang Penjepit untuk mengambil sample
•Erlenmeyer untuk melarutkan susu segar yang akan dianalisa
•Corong untuk memasukan susu atau wadah untuk meyaring susu
•Pipet ukur untuk mengambil sample atau cairan yang dibutuhkan
•Desikator untuk mendinginkan sample agar tidak terkena udara bebas
•Tabung penampung untuk menampung sample
•Lemari asam untuk mencegah uap asam agar tidak tercemar

Bahan – bahan Praktikum:
Praktikum di Lapangan
Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum dilapangan adalah sebagai berikut:
•Minyak kelapa untuk melicinkan putting susu pada saat pemerahan
•Air untuk memandikan sapi, untuk membersikan kandang sapid an untuk air minum sapi.
•Pakan konsentrat
•Pakan hijaauan

Praktikum di Laboraturium
Adapun bahan – bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tahap Persiapan sample
•Air susu segar satu ekor sapi perah:
1.Sample depen kanan 1 liter
2.Sample depan kiri 1 liter
3.Sample belakang kanan 1 liter
4.Sample belakang kiri 1 liter

Acara 1: Analisa Kadar Air dan Bahan Kering
•Susu kering Depan Kiri 250 ml
Acara 11: Analisa kadar Lemak
•Sample tepung susu kering depan kiri
•Potreleum benzene bahan pelarut lemak
•kloroform
Acara 111: Analisa Kadar Abu
•sample susu kering depan kiri
Acara 1V: Analisa Kadar Protein
•CUSO4 sebanyak 1 gram
•K2SO4 sebanyak 2 gram
•Batu Didih 2 butir
•H2SO4 pekat 97% sebanyak 25 ml
•NaOh 40%
•H2SO4 0,222 n
•Asam Borat
•AquaDest
•Sampel susu Depan Kiri sebanyak 1,025 gram
Acara V:Analisa Kadar Laktosa
•Susu segar sebanyak 25 ml
•HCL 4-5 PH pekat sebanyak 30 tetes

Metode Praktikum

Praktek Di Lapangan
a.Membersihkan kandang sapi perah dengan menggunakan skop, sapu lidi, dan air dengan membersihkan menggunakan air hingga bersih.
b.Memandikan sapi dengan menggunakan air, sabun dan sikat hingga bersih pada seluruh bagian tubuh sapi.
c.Memberikan pakan sapi dengan menggunakan kerajang untuk menakar pakan yang akan diberikan pada masing-masing sapi yang ada.
d.Memberikan pakan konsentrat dengan menggunakan ember pada tiap ekor sapi
e.Mengikat kedua kaki belakang sapi dengan menggunakan tali agar sapi tidak bergerak.
f.Mengoleskan minyak kelapa pada ambing sapid an meremas-ramas ambingnya agar dapat memberikan rangsangan sehingga air susu banyak diproduksi.
g.Melakukan pemerahan dengan menggunakan tangan dan pemerahan dilakukan pada tiap-tiap putting dan memisahkan jumlah produksi susu tiap putting susu sapi.
h.Menghitung produksi susu sapi tiap putting dengan menggunakan literan susu.
i.Membungkus masing-masing susu yang diproduksi oleh masing-masing putting dengan jumlah masing-masing satu liter sebagai sample praktikum di Laboraturium.
j.Mengamati umur sapi, periode laktasi dan laktasi keberapa.

Praktikum di Laboraturium
Tahap persiapan sample
a.Mengambil 4 buah loyang kosong kemudian membungkus dengan plastic transparan dan ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.
b.Memasukan susu segar kedalam loyang sebanyak 250 ml kemudian memasukan kedalam oven selama 2 x 24 (2 hari) yang bersuhu 60 – 79˚C.
c.Mengeluarkan sample dari oven kemudian ditimbang untuk mengetahui berat keringnya.
d.Memblender sample untuk memperkecil partikel selanjutnya sample siap dianalisa.

Acara 1: Analisa Kadar Air Dan Bahan Kering
a.Mengambil kurs porselin, kemudian dipanaskan pada suhu 105˚C selama kurang lebih 60 menit.
b.Mendinginkan kurs (cawan) porselin dalam desikator, kemudian ditimbang untuk mengetahui berat kurs kosong.
c.Memasukan sample susu sebanyak 2-3 gram kedalam kurs porselin (cawan)
d.Memasukan dalam oven yang bersuhu 105˚C selama 8 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali.
e.Berat yang diperoleh adalah kadar air sedangkan BK diperoleh dengan menggunakan Rumus:
Kadar Air = (Berat cawan + Sampel) – (Berat Cawan+set Oven 105˚C)x 100/Berat Sampel

Acara II : Analisa Kadar Lemak
a.Memasukan kertas saring yang bebas lemak kedalam oven pengering pada suhu 105 ºC selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 1 jam kemudian ditimbanag.

b.Mengambil sample susu yang sudah dikeringkan sebanyak 2,022 gram kemudian dibungkus dengan kertas saring yang sudah dipanaskan.

c.Memasukkan sample yang telah dibungkus kedalam oven 105 ºC selama 8 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 1 jam dan ditimbang.

d.Mengambil sample yang telah dioven kemudian dimasukkan kedalam tabung ekstrasi shoklet.

e.Memasang tabung ekstrasi sohklet yang telah terisi sample pada alat ekstrasi sohklet (labu penampung, pendingin tegak dan tabung ekstrasi sohklet) yeng telah dirangkai sedemikian rupa dan diletakan diatas pnangas air (water back).

f.Mengisi petroleum benzene (palarut lemak) sampai seluruhnya turun kedalam labu penampung.

g.Menghentikan proses ekstraksi apabila bahan pelarut lemak dalam labu sohklet sampai kelihatan bening.

h.Mengeluarkan sample yang sudah diekstraksi kemudian dimasukkan kedalam oven pengering dengan suhu 105 ºC selam 4 jam.

i.Mengeluarkan sample dari open kemudian dimasukan kedalam desikator selama 1 jam dan selanjutnya sample ditimbang.

Acara 111: Analisa Kadar Abu
a.Mengambil Kurs porselil kemudian dipanaskan pada suhu 105 ºC selama kurang lebih 60 menit.

b.Mendinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang untuk mengetahui beratnya.

c.Memasukkan susu yang telah ditimbang sebanyak 2 gram, kemudian memasukkan dalam tanur yang bersuhu 600 ºC, pembakaran dihentikan sampai abu berwarna putih bersih.

d.Mengambil kurs berisi abu secara berhati-hati, kemudian didinginkan pada suhu 120 ºC selama beberapa saat, kenudian dimasukkan dalam desikator selama 1 jam.

e.Menimbang untuk mengetahui kadar abunya.

f.Mencari kadar abu dengan menggunakan rumus.

Acara IV : Analisa Kadar Protein
Pengukuran kadar protein susu menggunakan metode Kjildahl dimana dikerjakan melalui 3 tahap yaitu :
a.Distruksi
•Menimbang sample yang telah dikeringkan sebanyak 1,5 gram, mengambil batu didik sebanyak dua butir kemudian dimasukan yang sudah bersih dan kering.

•Menambahkan 2 gram K2SO4, 1 gram CuSO4 dan H2SO4 sebanyak 87%=25 ml pekat kemudian didestruksikan dalam lemari asam mulai dari pemabasan lemah, sedang dan tinggi sampai berwarna hijau jernih(1,5 jam) selanjutnya didinginkan pada suhu kamar.

b.Destilasi atau penyulingan
•Mengencerkan hasil destruksi dengan aquadest sampai volume 100 ml, kemudian diambil 20 ml dan ditambahkan 20 ml NaOH 40% lalu masukan dalam labu Erlenmeyer 250 cc.

•Memanaskan labu Erlenmeyer yang berisi aquadest kemudian dipanaskan dengan penangas kemudian uap nitrogen disalurkan ke beaker glass yang berisi sample NaOH selanjutnya disalurkan ke labu becker yang telah terisi H3BP3 sebanyak 20 ml, lalu alat penyuling dipasang sedemikian rupa hingga ujung alat penyulin tercelup (tidak berongga)

•Penyulingan dihentikan apabila dalam cairan penampung / labu becker telah mencapai 100 ml kemudian alat penyuling dimatikan.

c.Titrasi
•Mentitrasikan cairan dalam labu penampung dengan standar H2SO4 0,222 N sapai terjadi perubahan warna kewarna semula (merah muda).

Acara V : Analisa Kadar Laktosa
a.Mengambil air susu sebanyak 25 ml kemudian masukkan kedalam erlenmeyer.

b.Meneteskan HCL sampai terjadi penggumpalan (30 tetes) sehingga PH nya menjadi 4-5 proses ini dilakukan dilemari asam.

c.Menyaring dengan menggunakan kertas saring kedalam Erlenmeyer yang telah diketahui beratnya.

d.Memasukkan kedalam oven pengering 105 ºC selama 1 malam kemudian mendinginkan dalam desikator kurang lebih 1 jam kemudian ditimbang untuk mengetahuio kadar laktosanya.

e.Menghitung kadar laktosa dengan menggunakan rumus :

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil dan pembahasan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Praktikum Dilapangan

Tabel 1: produksi susu sapi perah FH di BLPKH Banyumulek Dinas Peternakan Lombok Barat NTB :
Nama Sapi
Umur/tahun
Laktasi Ke Produksi Susu/ Ambing
Ambing Jumlah/liter

Tsunami
4-5
II Depan Kanan 1,5
Depan Kiri 1,8
Belakang Kanan 1,5
Belakang Kiri 1,4

Praktikum dilapangan dilakukan yaitu membersihkan kandang sapi dengan benggunakan skop dan sapu lidi kemudian disiram dengan menggunakan air setelah pembersihan kandang selesai yaitu memandikan sapi dengan meggunakan air dan menyikat pada seluruh bagian tubuh sapi yang telah diolesi sabun dan dicebur dengan air hingga sapi kelihatan bersih, memberikan pakan sapi dengan menggunakan keranjang untuk pakan hijauan dan pemberian pakan konsentrat dengan menggunakan ember plastic. Melakukan pemerahan yaitu sapi diikat dengan tali pada kedua bagian kaki belakang agar sapi tidak bergerak saat pemerahan, setelah sapi diikat kemudian ambing sapi diolesi dengan minyak kelapa supaya saat pemerahan putting susu sapi tidak lecet, dan untuk melakukan rangsangan pada sapi yaitu sapi diremas-remas pada bagian ambingnya yang bertujuan agan sapi mengghasilkan susu yang banyak.
Dari hasil Praktikum bahwa jumlah produksi susu sapi dilihat dari ambing depan dan belakang, produksi susu dari ke 4 putting susu yang diambil sampelnya untuk di analisa di laboraturium nutrisi adalah masing-masing 1 liter antara semua putting sapi tsunami. Jumlah produksi susu yang paling banyak antara ke 4 putting susu ini adalah: putting susu Depan Kiri sebanyak 1,8 liter dan yang ke 2 adalah depan kanan yaitu 1,5 liter dan blakang kanan yaitu 1,5 liter sedangkan yang paling sedikit adalah belakang kiri yaitu 1,37.
Dari hasil pemerahan untuk keseluruhan jumlah produksi susu sapi tsunami adalah 6,17 liter dan dari hasil pengamatan bahwa sapi ini berumur sekitar 4-5 tahun sedangkan sapi ini masa laktasi ke II, sapi ini pertama melahirkan umur 1,5 tahun, pengamatan untuk jumlah putting adalah abnormal atau 4 putting dan bentuk ambing kendor dan besar, sapi tersebut mengalami pincang pada kaki belakang.
Praktikum di Laboraturium
Persiapan Sampel

Tabel II : Tahap Persiapan Sampel ke 4 putting susu sapi perah FH tsunami
Kode sample Berat Loyang kosong
(gram) Bert Lyng sample
(gram) Berat loyang + sample
(gram)
Depan Kanan 167,2 418,1 197,1
Depan Kiri 164,9 415,8 197,6
Belakang kanan 169,6 420,4 200,4
Belakang Kiri 148,3 399,4 177,7

Pada tahap persiapan sample untuk mencari bahan yang terkandung dalam air susu sapi adalah: mengambil 4 buah loyang kosong kemudian menempelkan plastic transparan pada ke 4 empat loyang kosong yang bertujuan agar susu tidak menempel pada loyang tersebut, setelah itu menimbang ke 4 loyang dan setelah diketahui berat loyang kemudian memasukan masing-masing 250 ml susu segar dan ditimbang bersama loyang, sample yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan kedalam oven yang bersuhu 70 ºC selama 2X24 jam, setelah smpai 2 hari kemudian susu dikeluarkan dan ditimbng untuk mengetahui berat kering setelah ke 4 susu kering ditimbng lalu ke 4 sampel diblender untuk memperkecil partike susu kering tersebut.


Analisa Kadar Air, Bahan Kering dan Kadar Abu
Tabel III : Table Kadar Air Dan Kadar Abu
Kode Sampel Berat Cwn Kosng (gram) Bert C+Smpe (gram) Brt C+ S oven 105ºC (gram) Brt C+S pjr 600ºC (gram) Berat Smpl
(gram) K Air (%) K Abu (%)
Depan Kiri 20,536 22,580 22,536 20,738 2,044 2,156 9,8826

Analisa kadar air dan bahan kering dilakukan dengan mengambil kurs porselin kemudian dipanaskan pada suhu 105ºC selama kurang lebih 1 jam setelah langkah tersebut dilakukan kemudian mendinginkan kurs porselin dalam desikator lalu ditimbang untuk mengetahui berat kurs kosong yaitu 20,536 tujuan untuk mengetahui berat kurs yang belum dimasukan sample susu yang akan dianalisa setelah penimbangan dilakukan kemudian memasukkan sample sebanyak 2-3 gram sehingga berat yang diketahui adalah 22,580 gram lalu memanaskan sample dalam oven yang bersuhu 105 ºC selama 8 jam kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali sehingga berat kurs dan sample setelah dioven adalah 22,536 gram berat yang diperoleh adalah kadar air sedangkan untuk mencari bahan keringnya yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Mencari bahan kering dengan menggunakan air mempunyai hasil yaitu 12,585% sedangkan hasil dari kadar air dengan menggunakan rumus yaitu 2,1526% dan untuk mencari kadar air sebenarnya dengan rumus yaitu 87,4815%.

Untuk mengetahui kadar abu yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut: terlebih dahulu mengambil kurs porselin sretelah itu dimasukan dalam oven atau dipanaskan pada suhu 110ºC selama kurang lebih 1 jam kemudian mendinginkan dalam desikator lalu ditimbang untuk mengetahui beratnya, kemudian memasukan sample susu yang telah dikeringkan kedalam kurs porselin sebanyak 2 gram lalu masukkan dalam tanur yang bersuhu 600ºC selama beberapa menit, pembakaran dihentikan sampai abu berwarna putih bersih, setelah sample tersebut menjadi abu kemudian mengambilnya secara berhati-hati sample dan kurs lalu didinginkan pada suhu 120ºC selama beberapa saat lalu didinginkan dalam desikator selama kurang lebih satu jam dan menimbang untuk mengetahui beratnya, dan berat yang diperoleh dari hasil timbangan adalah 20,738 gram, mencari kadar abu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Analisa Kadar Lemak
Tabal IV: Analisa Kadar Lemak susu sapi perah FH
Kode Sampel Brt Krt Sring (gram) Brt Ks+Sampel (gram) Brt Ks+S Ov 105ºC (gram) Brt Ks+ S ektrksi (gram) Berat Sampel (gram) Kadar Lemak (%)
Depan Kiri 0,467 2,489 2,433 1,714 2,022 35,5589

Analisa kadar lemek mempunyai beberapa proses yaitu: mengambil dan memasukan kertas saring yang bebas lemak kedalam oven pengering pada suhu 105ºC selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 1 jam lalu ditimbang untuk mengetahui beratnya dan berat yang diperoleh adalah 0,47 gram setelah itu mengambil sample susu yang sudah dikeringkan sebanyak 2,022 gram kemudian dibungkus dengan kertas sarig yang sudah dipanaskan lalu dimasukkan kedalam oven yang bersuhu 105 ºC selama 8 jam kemudian didinginkan pada desikator selama 1 jam dan ditimbang untuk mengetahui beratnya yaitu 2,433 gram lalu sample dan kertas saring yang sudah dioven masukan dalam tabung ekstrasi sohklet, tabung ekstraksi sohklet yang berisi kertas saring dan sample susu dipasang pada alat ekstraksi sokhlet ( labu penampung, pendingin tegak dan tabung ekstraksi sokhlet) yang telah dirangkai sedemikian rupa dan diletakan diatas penangas air, pada rangakaian tersebut diisi potreleum benzene (pelarut lemak) sampai seluruhnya turun kedalam labu penampung, proses ekstraksi dihentikan apabila bahan pelarut lemak dalam labu sokhlet sudah bening lalu sample yang sudah diekstraksi dikeluarkan dari alat ekstraksi kemudian dimasukkan kedalam oven pengering dengan suhu 105 ºC selama 4 jam lalu sample dikeluarkan dari oven kemudian dimasukkan dalam desikator selama 1 jam dan selanjutnya sample ditimbang untuk mengetahui beratnya.

Analisa Kadar Protein
Tabel V : Tabel Analisa Kadar Protein
Kode
Sampel Brt Sampel
(gram) Titrasi
(ml) Protein
(%)
Depan Kiri 1,025 2,3 22,2472

Untuk mengetahui Kadar Protein susu digunakan metode kjildahl dimana dikerjakan dalam 3 tahap yaitu: Destruksi, Destilasi (Penyulingan) Dan Titrasi. Destruksi dilakukan dengan langkah menimbang sample yang telah dikeringkan sebnyak 1,5 gram dan batu didih sebanyak 2 butir lalu dimasukkan dalam labu kjildahl yang sudah bersih dan kering kemudian ditambahkan 2 gram K2SO4, 1 gram CuSO4 dan H2SO4 sebanyak 87 %= 25 ml lalu didestruksikan didalam lemari asam mulai dari pemanasan lemas, sedang dan pemanasan tinggi sampai berwarna hijau murni(1,5 jam) lalu didinginkan pada suhu kamar. Destilasi (penyulingan) dilakukan setelah hasil destruksi diencerkan dengan aquadest sampai volume 100 ml kemudian diambil 20 ml dan ditambahkan 20 ml NaOH 40% lalu dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer 250 cc, Erlenmeyer yang berisi aquadest dipanaskan dengan penangas lalu disalurkan kedalam beker glass yang beisikan sample dan NaOH selanjutnya disalurkan di labu beker glass yang telah terisi H3BP3 sebanyak 20 ml setelah itu alat penyuling dipasang hingga ujung alat penyuling tecelup(tidak berongga), penyulingan dihentikan apabila cairan dalam labu penampung mencapai 100 ml lalu alat penyuling tersebut dimatikan. Titrasi : adalah cairan dalam labu penampung dititrasikan dengan larutan standar H2SO4 0,222 N sampai terjadi perubahan warna ke warna semula (Merah muda). Untuk mengetahui kadar protein sebenarnya yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Komposisi Kimia Susu
Tabel V1 : Tabel Komposisi Kimia Air Susu Sapi Perah FLPKH Banyumulek Lobar NTB
Kode Sampel Kadar Air (%) Kadar Abu (%) Kadar Lemak (%) Kadar Protein (%) Total
(%)
Depan Kiri 87,4815 1,2644 4,5493 2,8463 96,1415


Komposisi Kimia air susu diperoleh dari beberapa rumus yaitu yang menghasilkan kadar yang terkandung dalam air susu yang merupakan kadar air susu yang sebenarnya, dari komposisi kimia air susu kadar yang mempunyai % kandungan terbanyak adalah kadar air yaitu 87,4815% dan ke dua yaitu kadar lemak : 4,5493 %, ketiga yaitu kadar protein : 2,8463% dan yang yang paling sedikit adalah kadar abu: 1,2644%.

Analisa Kadar Laktosa
Tabel VII : Analisa Kadar Laktosa
Kode Sampel Berat Erlenmeyer (gram) Brt Er+S Ov 105ºC (gram)Berat Sampel (gram) Kadar Laktosa
(gram)
Depan Kiri 41,030 42,00 25,000 3,880

Untuk mengetahui Kadar Laktosa Air susu dapat dilakukan degan cara sebagai berikut: dengan mengambil air susu segar sebanyak 25 ml lalu dimasukan kedalam Erlenmeyer lalu diteteskan HCL sampai terjadi penggumpalan, untuk sampai terjadinya gumpalan dibutuhkan 30 tetes HCL yang dimasukan kedalam Erlenmeyer, erlemeyer dimasukan kedalam lemari asam supaya saat dimasukkan HCL tidak menyebar kemana-manta dan penguapan HCL sangat berbahaya bagi manisia yang menghirupnya. Setelah terjadinya penggumpalan sample tersebut disaring dengan kertas saring kedalam Erlenmeyer yang telah diketahui beratnya lalu dimasukkan kedalam oven pengering dengan suhu 105 ºC selama 1 malam setelah itu didinginkan dalam desikator selama 1 jam kemudian ditimbang untuk mengetahui kadar laktosanya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari hasil praktikum analisa kadar air susu sapi perah FH di BLPKH Dinas Peternakan Banyumulek lombok barat dan analisa di Laboraturium Nutrisi dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
• Produksi susu sapi perah Tsunami dari ke 4 putting susu dan ambing adalah yang paling banyak memproduksi yaitu bagian putting depan kiri yaitu 1,8 liter dan kedua depan kanan dan blakang kanan : 1,5 liter dean yang belakang kiri : 1,4 liter.
•Dari hasil analisa komposisi kimia susu yang terbanyak kandungannya yaitu kadar air sebayak : 87,4815% jadi dapat disimpulkan bahwa yang paling banyak bahan yang terkandung dalam air susu yaitu kadar air.
•Untuk mencari kandungan dalam air susu yang membutuhkan bayak langkah untuk menghasilkan kandungannya yaitu untuk mencari kadar protein air susu mempunyai 3 tahap yaitu : Destruksi, Destilasi Atau Penyulingan dan Titrasi.
•Sample yang digunakan pada praktek ini adalah sample bagian depan kiri pada putting susu sapi perah Tsunami.
•Untuk mendapatkan hasil dari analisa air susu tidak hanya dengan mencari menggunakan bahan kimia akan tetapi untuk mencari kadar yang sebenarnya yaitu dengan menggunakan rumus dari masing-masing analisa tersebut.

Saran
Diharapkan untuk para mahasiswa yang melakukan praktek atau penelitian mencari kadar air susu sapi agar benar-benar memperhatikan bagaimana cara kerja dan langkah-langkah untuk menghasilkan kadar yang terkandung dalam air susu supaya dilain waktu dapat bermanfaat untuk diri sendiri atau orang lain yang ingin tahu cara kerja tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. U, 1976. Kadar Protein Air Susu Sapi Perah di Kota Madya Yogyakarta. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Yogyakarta.

Adnan, M. 1984. Kimia Dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi Ofset, Yogyakarta.

Asih , A.R.S. 2004. Manajemen Pemuliaan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Mataram.

Bath, D.L.,Dickinson F.N., Tucker H.A and Aplemen R.D. 1978. Dairy Cattle, Principles, Practises, Problems, Profits, Lea and Febiger. Philadelphia.

Cambell.J.R and Lesley. J.F. 1969. The Science Of Animal That Serve Mankind. 2 Ed. Mc. Graw-Hill Book Co. New York.

Davis R.F., 1962. Modern Dairy Cattle Management. Prentice Hall inc. New York.
Eckles C.H., Combs W.B. and Marcy. H. 1951. Milk And Milk Prodiction. Mc Graw. Hill Book Co. New York.

Hadiwiyato S. 1982. Teknologi Uji Mutu Susu Dan Hasil Olahannya. Liberty, Yogyakarta.

Marsumiyanto, 1978. Sifat Fisik Air Susu Dan Kegunaanya. Majalah Peternakan Indonesia No.24 Ed. Desember.

Riyadi.S. Dan Kisworo, D. 2003. Ilmu Teknologi Susu. Bahan Ajar Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Mataram.

Sadia I.N, Dohi M. Kartanegara dan Spudiati. 2004. Produksi Dan Komposisi Susu Kambing Lokal Yang Dipelihara Secara Tradisional Di Teacing Farm Lingsar. Penelitian DPP Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Mataram.

Schmidt, G. 1971. Biologi Of Lactation. W.H Freeman And Co Francisco.

Sindoredjo S. 1960. Pedoman Pemerahan Perusahaan Susu. Proyek Pengembangan Produksi Ternak. Pusat Direktorat Pengembangan Produksi Peternakan. Dirjen Peternakan ,Jakarta.

Sudono A., Rosdiana F.R.,Setiawan S.B.,2003. Beternak Sapi Perah Secar Intensif. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Webb,B.H. and Jhonson A.H., 1965. Fundemantal Dairy Chemistry. Thi Avi Publlising Co. Inc. West Post, Conecticut.

LAMPIRAN

1.%Kadar Air = Berat Cawan+Sampel – Brt Cwn + Ov 105 ºC X 100%/
Berat Sampel

= 22,580 – 22,536 X 100%/
2,044
= 2,1526%

Berat Sampel = Berat Cawan+Sampel – Berat Cawan Kosong
= 22,580 – 20,536
= 2,044 gram
%Kadar Bahan Kering = 100% - % Kadar Air
= 100 – 2,1526
= 97,8474%
%BK Segar = BK Kering Udara X Berat Kering Udara/
Berat Segar/Basah
= 97,8474 X 32,1/ 250,9
= 12,5185%
%KA sebenarnya = 100% - BK Segar
= 100 – 12,5185
= 87,4815%
2.%Kadar Abu = Brt Cwn+S Pij 600 ºC X 100%/
Berat Sampel
= 20,738 – 20,536 X 100/
2,044
= 9,8826%
%Kadar Abu segar = Abu Kering Udara X BK Segar/
Bahan Kering Udara
= 9,8826 X 12,5185/
97,8474
= 1,2644%
3.%Kadar Lemak = Brt cwn+S Ov 105 ºC – Brt Cwn+S pij 600 ºC X 100%/
Berat Sampel
= 2,433 – 1,774 X 100%/
2,022
= 35,5589%
%KL Sebenarnya = %Kadar Lemak X BK Segar/
BK Ker Udara
= 35,5589 X 12,5185/
97,8474
= 4,5493%
4. %KP Kering Udara = ml TitrX 0,222 X 0,014 X 6,38 X 5 X100/
Berat Sampel
= 2,5 X 0,222 X 0,014 X 6,38 X 5 X 100/
1,025
= 22,2472%
%KP Sebenarnya = %KP Ker Udr X %BK Segar/
% BK Krng Udr
= 22,2472 X 12,5185/
97,8474
= 2,8463%
5.%Kadar Laktosa = Brt Erl+S Ov 105 ºC – Brt Erl Kos X 100/
Berat Sampel
= 42,00 – 41,030 X 100/
25,000
= 3,880%